Direktur IPI Ulla Nuchrawaty di Banda Aceh, Rabu, mengatakan terhitung 30 juni 2009 pihaknya bersama dengan InterPeace akan mengakiri tugas di provinsi paling ujung Sumatra itu.
Menurut dia, banyak hal yang dilakukan selama dua tahun dengan lembaga internasional pimpinan fasilitator perdamian Aceh Martti Ahtisaari yang juga mantan Presiden Finlandia dalam proses perdamain Aceh itu.
Tugas itu antara lain memberikan penyadaran terhadap memorandum of understanding (MoU) yang ditandatangani 15 Agustus 2005 antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan perdamaian dan arti sebuah perdamian dalam membangun kembali provinsi telah disampaikan kepada masyarakat.
"Kami telah melakukan sosialisasi dan diseminasi perdamaian Aceh itu sampai ke seluruh distrik di Aceh," katanya.
InterPeace adalah sebuah lembaga internasional yang berkedudukan di Jenewa, Swiss dan bertugas memantau proses perdamaian dan implementasi UU No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh, setelah Tim Aceh Monitoring Mission (AMM) meninggalkan Aceh.
Perwakilan Interpeace Aceh Juha Cristensen mengatakan selama dua tahun melaksanakan tugas di Aceh mereka telah menyelesaikan empat program penting dalam proses perdamaian.
"Keempat program adalah preventif, promotif, kuratif dan rehabilitasi. Untuk saat ini kami telah memiliki data dan apa saja yang dibutuhkan masyarakat dalam proses perdamaian itu," katanya.
Mengakhiri program itu, IPI kembali bekerja sama dengan PACTA (Peace Architechture and Conflict Tranformation Alliance) yang lebih fokus pada "live skill" dan pemberdayaan ekonomi.
"Program ini kami lakukan setelah melihat hasil asesmen dan kebutuhan di lapangan saat program interpeace dilakukan," ujarnya.
PACTA adalah sebuah organisasi nonpemerintahan berpusat di Helsinki, Finlandia dengan GM Juha Cristensen.(*)
Pewarta: surya
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009
