Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden AS Barack Obama, Jumat, mengaku bahwa tindakan keras Iran terhadap para demonstran telah membengkokan harapannya untuk berbicara langsung dengan Teheran, namun memastikan bahwa perundingan-perundingan multilateral internasional mengenai nuklir Iran akan terus dilanjutkan.

Dalam pernyataan lebih keras lainnya mengenai Iran, Obama dengan tegas menolak tuntutan permintaan maaf dari Presiden Mahmoud Ahmadinejad menyangkut pernyataannya sebelum ini mengenai penindasan Teheran terhadap perbedaan politik di sana.

"Tak ada keraguan bahwa dialog atau diplomasi langsung dengan Iran akan terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi beberapa minggu lalu," kata Obama usai bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel di Gedung Putih.

"Saya kira kita akan harus melihat bagaimana hal itu berkembang di hari-hari dan pekan-pekan mendatang," kata Obama.

Obama menambahkan, walaupun begitu perundingan yang dipimpin oleh Grup P5 plus 1 mengenai program nuklir Iran akan tetap dilanjutkan.

Dia menegaskan disamping berada dalam kesatuan sikap mengenai kekerasan di Iran, dunia mesti memahami bahwa prospek Iran dalam menguasai senjata nuklir sebagai persoalan yang serius.

"Perkiraan saya adalah bahwa anda tetap akan menyaksikan beberapa diskusi multilateral dengan Iran," kata Obama.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana telah diberi wewenang oleh para anggota permanen Dewan Keamanan PBB --Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat-- plus Jerman, untuk membicarakan masalah ini dengan Teheran.

Obama melontarkan serangan balik terhadap tuntutan maaf dari Ahmadinejad yang juga menuduh Presiden AS ini telah mencampuri urusan dalam negeri Iran, padahal Obama hanya bereaksi atas kekerasan yang terjadi di Iran.

"Saya tidak menganggap serius pernyataan Tuan Ahmadinejad mengenai permintaan maaf, terutama karena fakta bahwa Amerika Serikat telah menjauhkan diri dari campur tangan dalam proses pemilu di Iran.

"Saya sungguh tidak mengkhawatirkan tuntutan maaf Tuan Ahmadinejad kepada saya. Saya akan menyarankan Tuan Ahmadinejad untuk hati-hati memikirkan kewajiban yang dia pikul dari rakyatnya sendiri.

"Dia mungkin berkenan untuk memperhatikan keluarga-keluarga dari mereka yang dipukuli atau ditembak atau ditahan. Saya kira Tuan Ahmadinejad dan lainnya perlu menjawab pertanyaan keluarga-keluarga itu."

Komentar balik Obama ini adalah tanggapan publik pertamanya atas kemarahan Ahmadinejad terhadap Amerika Serikat dan Barat yang sebagian dipicu oleh pernyataan keras Presiden AS atas kekerasan yang terjadi di Iran.

"Saya harap anda (Obama) menghindari untuk mencampuri urusan Iran," kata Ahmadinejad, yang menuduh pemimpin AS telah menggunakan kata-kata yang mirip dengan pendahulunya George W. Bush yang mengambil sikap keras terhadap Republik Islam ini.

"Akankah anda menggundakan bahasa seperti itu terhadap Iran (dalam apapun dialog di masa mendatang)? Jika ini yang anda ambil, maka tidak akan ada yang bisa dibicarakan," kata Ahmadinejad.

Obama menanggapi terpilihnya kembali Ahmadinejad yang disengketakan dengan pendekatan yang terukur, namun memperkeras sikapnya Selasa lalu menyusul tindakan keras Iran terhadap demonstrasi massa yang didukung pesaing Ahmadinejad, Mir Hossein Mousavi.

Sementara itu Kanselir Jerman Angela Merkel meratapi kejadian yang mengerikan yang dia saksikan di Iran. "Kami tak akan melupakannya," katanya seraya berikrar untuk berupaya sebisa mungkin mendapatkan jumlah dan identitas pasti para korban kebrutalan pemerintah Iran.

"Pada hari ini dan di abad ke 21, Iran tidak bisa mengharapkan masyarakat dunia untuk membutakan diri dari kejadian ini," kata Merkel.

Merkel merujuk pengalamannya semasa era Jerman Timur komunis, dengan mengatakan penting bagi para korban bahwa rakyat dunia mempedulikan deritanya.

Dia juga menyerukan satu solusi diplomatik untuk mencegah Iran supaya tidak menguasai senjata nuklir. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009