Baghdad (ANTARA News/AFP) - Pasukan keamanan Irak berada dalam keadaan siaga tinggi di Baghdad, Senin, ketika militer AS melakukan penarikan pasukan dari daerah-daerah perkotaan Irak, sebuah peristiwa yang dirayakan dengan pesta besar-besaran di ibukota Irak tersebut.

Penarikan AS itu, yang dilakukan sesuai dengan sebuah perjanjian keamanan bilateral yang ditandatangani tahun lalu, akan diselesaikan Selasa, yang dinyatakan sebagai hari libur nasional.

Setelah sejumlah pemboman gencar yang menewaskan lebih dari 200 orang bulan ini, prajurit dan polisi digelar dalam jumlah besar di Baghdad.

Semua cuti bagi personel pasukan keamanan telah dibatalkan untuk mengantisipasi ancaman serangan, sementara sepeda-motor, yang menjadi kendaraan favorit sejumlah penyerang bom akhir-akhir ini, dilarang melewati jalan-jalan di kota tersebut.

"Kami memperkirakan sejumlah penjahat mungkin akan berusaha melanjutkan serangan mereka," kata Mayjen Abdul Karim Khalaf, direktur operasi dan jurubicara kementerian dalam negeri.

"Karena itulah perintah datang dari tingkat tertinggi perdana menteri bahwa pasukan kami harus 100 persen di lapangan sampai pemberitahuan lebih lanjut," tambahnya.

Senin, bekas gedung kementerian pertahanan di Baghdad, yang diambil alih setelah invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003, diserahkan kembali kepada pemerintah Irak.

"Ini menandai berakhirnya kekuasaan pasukan multinasional," kata Jendral Abboud Qambar, panglima Komando Operasi Baghdad, markas pusat pasukan keamanan Irak.

Pesta yang menandai "hari kedaulatan nasional" dimulai pukul 18.00 waktu setempat (pukul 22.00 WIB) di Zawra Park, yang terbesar di ibukota Irak tersebut, dengan penyanyi dan penyair yang memulai acara sebelum kelompok-kelompok musik tampil di panggung.

Mulai 1 Juli, pasukan keamanan Irak akan bertanggung jawab atas keamanan di kota-kota dan pedesaan di negara itu.

Dalam reaksi pertama dari masyarakat muslim Syiah yang dominan di Irak, Syeikh Ali Bashir al-Najafi, satu dari empat pemimpin keagamaan tertinggi di negara itu, mengatakan, penarikan AS itu merupakan tanda kemajuan yang berarti.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan bulan ini bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka pada pekan-pekan mendatang dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom lima hari lalu di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.

Penarikan 30 Juni itu merupakan pendahuluan bagi penarikan penuh pasukan AS dari Irak pada akhir 2011.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009