Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan belanja subsidi pada 2009 tidak akan menambah besaran defisit APBN 2009 yang ditetapkan sebesar 2,5 persen dari PDB.

"Tambahan subsidi tidak akan menambah defisit karena ditutup dari pendapatan negara yang juga naik karena harga minyak yang naik," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Depkeu, Anggito Abimanyu, di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkaan, kenaikan belanja subsidi itu dikompensasi dengan kenaikan dari pendapatan negara yang berasal dari migas.

"Pokoknya dari sisi APBN tidak ada tambahan kenaikan defisit yang disebabkan karena naiknya harga minyak," tegasnya.

Menurut dia, kenaikan harga minyak di atas 70 dolar AS per barel tidak menambah defisit karena dikompensasi dengan kenaikan atau tambahan kenaikan pendapatan negara yang berasal dari PPh migas dan PNBP migas dan dividen BUMN.

APBN dengan memasukkan stimulus fiskal 2009 menetapkan defisit sebesar 2,5 persen dari PDB atau secara nominal sebesar Rp139,5 triliun.

Angka itu diperoleh dari selisih belanja negara sebesar Rp988,1 triliun dengan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp848,6 triliun.

Ketika menyampaikan Laporan Semester I, Prognosa Semester II dan RAPBNP 2009 kepada Panitia Anggaran DPR, Menkeu, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan adanya kenaikan belanja subsidi selama 2009 sebesar sekitar 129,5 persen karena harga minyak yang meningkat.

"Realisasi belanja subsidi selama 2009 diperkirakan mencapai Rp160,0 triliun dari anggaran dalam dokumen stimulus fiskal 2009 sebesar Rp123,5 triliun," kata Menkeu.

Dia merinci, belanja subsidi sebesar Rp160 triliun terdiri dari subsidi energi sebesar Rp102,5 triliun dan subsidi non energi sebesar Rp57,5 triliun.

Subsidi energi terdiri dari subsidi BBM Rp54,3 triliun dan subsidi listrik Rp48,2 triliun. Sementara subsidi non energi terdiri dari subsidi pangan Rp13,0 triliun, subsidi pupuk Rp18,4 triliun, subsidi pajak Rp18,3 triliun, dan subsidi lainnya Rp7,7 triliun. (*)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009