Jakarta (ANTARA News) - Capres Nomor Urut Satu, Megawati Soekarnoputri, di Jakarta, Kamis, mengingatkan seluruh rakyat Indonesia untuk tetap melaksanakan azas-azas kehidupan gotong royong, agar jangan kehilangan jati diri.

"Ingat, demokrasi kita bukanlah sama dengan bangsa lain. Kita punya azas kekeluargaan, dan jalan kehidupan gotong royong," katanya, ketika menyampaikan visi pada Debat Capres Putaran Terakhir di Balai Sarbini, Jakarta Pusat, bertema "Negara Kesatuan RI, Demokrasi, dan Otonomi Daerah", dengan moderator Prof Dr Pratikno.

"Saya melihat ini (azas kekeluargaan dan gotong royong) sekarang mulai terkikis. Ini berbahaya. Karena, kita mulai kehilangan jati diri kita sebagai bangsa," ungkapnya.

Karena itu, Megawati Soekarnoputri mengajak seluruh rakyat Indonesia, agar mari kembali ke jati diri dan harga diri bangsa ini.

"Hanya dengan demikian, kita dapat mepersatukan bagsa dengan suatu perekat, yakni azas kegotongroyongan," ujarnya.

Mengenai otonomi daerah, Capres dari PDI Perjuangan dan Partai Gerindra ini menilai, hal itu harus dikembangkan bersasarkan kondisi obyektif wilayah maupun demokrafi setempat.

"Kita harus sadar, bahwa dengan otonomi, membuat keanekaragaman, seperti suku, agama, dan ras untuk mendapat kehidupan yang lebih sejahtera," katanya.

Namun, menurutnya, otonomi harus dilakukan sesuai spesifikasi daerah. "Dan ingat, (otonomi) itu bukan suatu alat untuk menyamaratakan," tandasnya.

Megawati Soekarnoputri menambahkan, justru dengan spesifikasi tiap daerah, di situlah kita dapat menggali semua yang terbaik untuk Indonesia.

"Dalam kaitan ini, maka ekonomi kerakyatan yang saya bawa, jika saya jadi Presiden dengan Bapak Prabowo Subianto sebagai Wakil Presiden, adalah penting dalam kaitan itu semua. Sebab, ekonomi kerakyatan merupakan satu tonggak kehidupan bangsa," ujarnya.

Ia lalu meminta semua elemen masyarakat melihat kiprah para `founding fathers` kita di waktu dulu, yang sangat menghendaki tetap konsisten memperhatikan jati diri.

"Ini penting untuk mencapai suatu kehidupan bangsa yang mandiri. Jadi, jangan lagi kita bikin jika ada orang lain datang ke negeri kita sama dengan situasi penjajahan dulu," tegasnya.(*)

Pewarta: luki
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009