Manado (ANTARA News) - Seorang pengamat politik menyebut Capres Jusuf Kalla bukan politisi karbitan, sedangkan pencalonannya sebagai Presiden RI adalah momentum penting karena dalam 25 tahun ke depan tidak ada lagi tokoh asal Sulawesi yang berani mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Pengamat itu, Mahyudin Damis dari Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, mengatakan Kalla diusung oleh partai besar seperti Partai Golkar, yang menghimpun berbagai suku dan agama di Indonesia dan terpilih melalui mekanisme kepartaian yang benar.

Alumnus UGM Yogyakarta ini menambahkan, ketika bersaing di Partai Golkar Kalla harus bersaing dengan tokoh-tokoh besar seperti Akbar Tanjung, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie.

"Pak Muladi (Gubernur Lemhanas) dan tokoh muda Partai Golkar, Yuddy Chrisnandi, mengakui kalau pencapresan Pak Jusuf Kalla melalui Partai Golkar cukup fenomenal, karena di Partai Golkar terlalu banyak `kaisar`," katanya di Manado, Jumat.

Mahyudin juga mengatakan Kalla meniti karir politik dari bawah dan cukup matang sehingga bukan kategori politisi asal jadi atau "karbitan".

Oleh karena itu, dia mengkritik Juru Bicara Presiden RI Andi Malarangeng yang menyebut orang Sulawesi belum saatnya menjadi Presiden karena Kalla memiliki kualitas untuk menjadi pemimpin nasional, disamping pernyataan Andi itu mengganggu pluralitas nasional.

"Tidak habis pikir, seorang ahli ilmu politik muda asal Bugis rela mengorbankan identitas nenek moyangnya dalam era otonomi daerah saat ini. Demi uang dan kekuasaan sesaat jati diri sukubangsanya dijual murah," katanya.

Mahyudin menilai Andi Mallarengeng tampaknya ingin mengejar posisi menteri pada kabinet yang akan datang, jika Yudhoyono memenangkan Pilpres.

"Tetapi kalau nantinya ingin menjadi Capres mewakili Sulsel melalui Partai Demokrat masih sulit, masih ada anak SBY seperti Edy Baskoro Yudoyono dan tokoh muda, Anas Urbaningrum," katanya.

Dia lalu mendesak Andi Mallarangeng meminta maaf kepada masyarakat Sulawesi, selain kepada Jusuf Kalla sendiri. (*)

Pewarta: mansy
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009