Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pergerakan laju inflasi menjelang perayaan Idul Fitri 2020 merupakan hal yang tidak biasa karena melambat dibandingkan rata-rata pola historis.

"Pergerakan inflasi ini tidak biasa kalau dibandingkan pola sebelumnya," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Senin.

Baca juga: BPS catat inflasi April 2020 sebesar 0,08 persen

Suhariyanto mengatakan pergerakan inflasi yang melambat ini terlihat dari inflasi April 2020 yang hanya tercatat 0,08 persen atau melambat dibandingkan periode sebelumnya.

Padahal, pada periode sama 2019 menjelang dan sesudah Lebaran, inflasi justru meningkat yaitu pada Mei 0,68 persen dan Juni 0,55 persen karena adanya kenaikan permintaan.

Menurut dia, salah satu penyebab anomali ini adalah situasi pandemi COVID-19 yang ikut mempengaruhi pola inflasi.

"Pola ini tidak biasa, karena biasanya ada kenaikan inflasi, akibat permintaan meningkat, tapi tahun ini situasinya tidak biasa karena COVID-19," ujarnya.

Ia memastikan pandemi sudah menurunkan permintaan barang dan jasa dari masyarakat seiring dengan berkurangnya aktivitas sosial.

Selain itu, inflasi yang melambat, terutama dari inflasi inti, juga patut dicermati karena telah menunjukkan adanya tanda-tanda pelemahan daya beli rumah tangga.

"Pola inflasi inti biasanya naik karena banyak permintaan, tapi malah melemah 0,17 persen, Maret kemarin masih 0,29 persen, sehingga inflasi inti tahunan 2,85 persen," ujarnya.

Namun, tambah dia, inflasi yang tercatat rendah juga berarti pemerintah mampu menjaga pasokan pangan, sehingga harga bahan makanan terkendali pada Ramadhan dan Idul Fitri.

Baca juga: BPS: Inflasi April 2020 dipengaruhi kenaikan harga tiga komoditas
Baca juga: BI perkirakan inflasi April 2020 capai 0,18 persen

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2020