Washington (ANTARA News/Reuters) - Perempuan pengusaha Uighur di pengasingan yang juga aktivis Rebiya Kadeer, Senin, menolak tuduhan pemerintah China bahwa dia berada di belakang kerusuhan yang berkecamuk di provinsi barat daya China, Xinjiang, di mana 156 orang dilaporkan tewas.

Media massa pemerintah China mengutip sejumlah pejabat yang tak disebutkan namanya, menyalahkan Kongres Uyghur Sedunia pimpinan Kadeer telah melakukan kekerasan, menyusul demonstrasi suku minoritas Uighur di jalan-jalan ibukota provinsi Urumqi, Minggu, dengan membakar serta melempari kendaraan-kendaraan dan toko-tokok, disamping juga bentrok dengan polisi.

"Tuduhan itu sama sekali keliru. Saya tidak mengorganisasikan protes apapun atau menyerukan rakyat untuk berdemonstrasi," kata Kadeer melalui seorang penerjemahnya di Washington.

Kepada wartawan, Kadeer mengatakan bahwa dia hanya meminta saudara lelakinya untuk mengingatkan 40 sanak keluarga mereka di kawasan agar menjauhi demonstrasi.

"Seruan saya kepada saudara saya itu itu berarti saya mengorganisasikan seluruh peristiwa itu," katanya.

Perempuan pengusaha berusia 62 tahun dan ibu dari 11 anak ini, berada di pengasingannya di Amerika Serikat sejak 2005, setelah bertahun-tahun di penjara dan dituduh melakukan kegiatan separatisme.

Kadeer mengatakan ada lima anak dan sembilan cucunya yang berada di Xinjiang, termasuk dua anak puteranya. Semua sanak keluarganya ini mengalami pengawasan yang amat ketat dan Kadeer menyerukan saudara lelakinya agar mereka berpencar guna mengindari tindakan lebih keras dari pemerintah.

Kadeer, yang pernah digadang-gadangkan sebagai pengusaha minoritas sukses sehingga disebut-sebut akan menjadi anggota lembaga konsultatif pada parlemen China sebelum kemudian berbenturan dengan Beijing, menyebut protes massa di Urumqi itu mulanya berlangsung damai sebagai unjuk reaksi mereka atas menjawab kematian dua buruh pabrik etnis Uighur di selatan China, bulan lalu.

"Mereka tidak melakukan kekerasan sebagaimana dituduhkan pemerintah China. Mereka bukan perusuh atau separatis," katanya.

Ketika ditanya mengapa dia disalahkan atas percekcokan in, Kadeer menyamakan situasi yang sedang dihadapinya dengan keadaan yang dihadapi pemimpin spiritual Tibet di pengasingan, Dalai Lama. Protes dengan kekerasan merebak di Tiibet pada awal 2008.

"Apapun yang terjadi di Tibet, pihak berwenang China dengan cepat menuduh Yang Mulia Dalai Lama sebagai sumber kekacauan dan penghasut untuk semua masalah yang terjadi di Tibet, dan kejadian seperti itu berlaku terhadap saya," kata Kadeer. (*)

Pewarta: mansy
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009