Jakarta (ANTARA News) - Nilai ekspor kopi di Indonesia tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan hingga 40 persen di bandingkan tahun lalu akibat adanya krisis global yang telah membuat harga kopi Indonesia di pasar internasional anjlok..

Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Rachim Kartabrata, di Jakarta, Selasa, mengatakan, pada tahun 2008 nilai ekspor kopi mencapai 900 juta dolar AS, namun kini menjadi sekitar 630 juta dolar AS atau turun hingga 40 persen.

"Harga Kopi anjlok sejak tanggal 1 Oktober 2008 silam dan saat ini harga kopi Robusta turun dari 2,2 dolar AS menjadi 1,1 dolar per kg. Untuk jenis Arabika turun dari 2,8 dolar menjadi 2,3 dolar," katanya.

Ia mengatakan, turunnya harga kopi dikarenakan buruknya cuaca di daerah sentra penghasil kopi, sehingga kualitas produksi kopi dari daerah cenderung turun.

Ia menjelaskan, turunnya harga kopi juga dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain faktor fundamental, yaitu kondisi fisik biji kopi yang ditawarkan, faktor sentimen pasar, yaitu hasil panen turun akibat bencana atau cuaca buruk, dan faktor dari dua terminal di London dan New York, yaitu para pemain bursa komoditas di pasar Internasional.

Sementara itu, volume produksi kopi pada tahun ini juga mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelumnya. "Tahun 2008 volume kopi Indonesia mencapai 420.000 ton, kini tahun 2009 turun 20 persen menjadi 350.000 ton dengan 80 persennya kopi Robusta dan sisanya kopi Arabika," ujarnya.

Ia menambahkan, negara potensial untuk pasar kopi Robusta masih didominasi kawasan Eropa Barat, Jepang, Eropa Timur, dan Amerika, sedangkan untuk jenis kopi Arabika negara potensial didominasi oleh Amerika dan Jepang.

"Secara global peminum kopi kebanyakan dari jenis Arabika yang persentasenya mnencapai 70 persen berbanding 30 persen dengan kopi Robusta."

Dia menjelaskan kopi Arabika memiliki cita rasa dan aroma yang selalu lebih unggul dibandingkan kopi Robusta. Karena itu, katanya, kopi Robusta hanya sebagai pelengkap pasar saja.

AEKI menghimbau kepada Pemerintah agar lebih memberi perhatian pada sektor riil bukan ke moneter dengan membuat langkah-langkah untuk memperbaiki harga kopi. (*)

Pewarta: bwahy
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009