Jakarta (ANTARA News) - Rumor yang beredar di pasar mengenai nama-nama yang bakal menduduki posisi menteri ekonomi, diantaranya Menteri Negara BUMN (Menneg BUMN) beredar luas di pasar.

Beberapa nama muncul ke permukaan diantaranya Gita Wirjawan yang sekarang Komisaris Pertamina dan pernah menjabat posisi tertinggi di lembaga keuangan internasional JP Morgan.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Erwin Aksa di Jakarta, Selasa, mengatakan, Gita Wirjawan punya kemampuan manajerial yang sudah terbukti bagus karena dia pernah menjadi Presiden Direktur JP Morgan Indonesia dan kini menjabat komisaris Pertamina.

"Saya kira kami sangat senang melihat ada kader-kader muda yg punya pengalaman dan rekam jejak bagus masuk nominasi Menneg BUMN. Kami sangat mendukung yang muda bisa diberikan kesempatan mengabdi kepada bangsanya," ujarnya.

Menurut dia, kementrian BUMN harus mampu memberi arahan strategis dan terobosan sehingga BUMN tidak lagi menjadi perusahaan yang stagnan, melainkan mampu tumbuh berkembang menjadi lebih bagus dan efisien.

"BUMN kita asetnya besar, tapi belum mampu dikapitalisasikan menjadi perusahaan yang bisa go international. Selain itu, pengelolaan sumber daya manusia BUMN sangat penting dilakukan dan menterinya tidak memiliki vested interest ke operasional BUMN," tambahnya.

Gita sebelumnya menjabat Presdir JP Morgan Indonesia. Namun di tengah jalan (sebelum krisis terjadi), dia memutuskan berhenti dan mengambil risiko dengan membangun bisnis baru.

Perusahaan barunya Ancora Capital dibangun untuk menampung aset-aset yang yang terkena imbas krisis.

Dalam beberapa bulan saja Ancora berhasil mengambilalih porsi kepemilikan saham yang signifikan pada PT Apexindo Pratama Duta, Bumi Resources, PT Multi Nitrat Kimia, dan sebuah perusahan properti di Jakarta dan Bali.

Selain Gita, beberapa nama lagi yang masuk nominasi Menneg BUMN adalah Sofyan Djalil yang sekarang menjabat Menneg BUMN dan Presdir PT Bank Mandiri Tbk Agus Martowardoyo. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009