Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, dugaan keterlibatan oknum militer dalam insiden di Papua pada akhir pekan lalu hingga menewaskan tiga orang, perlu klarifikasi lebih lanjut.

"Kita masih belum tahu pelaku sesungguhnya apakah Organisasi Papua Merdeka, oknum militer atau lainnya. Ini masih menunggu hasil penyelidikan dan klarifikasi yang jelas," katanya, usai menghadiri peluncuran buku mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI (purn) Sumardjono di Jakarta, Selasa malam.

Ia mengatakan, jika ada aparat militer yang terlibat dalam insiden tersebut maka harus ditindak tegas. "Itu sudah jelas. Namun, ini masih perlu penyelidikan dan pembuktian lebih lanjut siapa pelakunya. Kita tunggu saja," ujar Juwono.

Sebelumnya Direktur Eksternal Imparsial Poengky menilai, pelaku insiden penembakan di Papua diduga oknum militer karena kekuatan OPM sudah sangat berkurang dan tidak lagi solid.

"Yang bisa melakukan aksi penembakan dengan sangat profesional seperti itu pasti orang yang terlatih dan memiliki kemampuan lebih, layaknya militer," ujarnya.

Pada Sabtu (11/7) pagi, Drew Nicholas Grant (38), warga negara Australia bersama rekannya Lia Madandan, Maju Panjaitan, dan Lukan Jon Biggs dicegat sekelompok orang bersenjata yang menembak mobil mereka saat melintas di Mile 53, areal PT Freeport Indonesia.

Arah penembakan diduga berasal dari atas bukit. Saat itu Lukan yang mengendarai mobil perusahaan PT Freeport Indonesia bernomor LWB 01.2587. Pada pukul 05.20 WIT mereka dikejutkan penembakan yang mengakibatkan Drew tewas.

Kini, tiga penumpang lainnya, Lia Madandan, Maju Panjaitan serta Lukan Jon Biggs, masih dirawat di klinik Kuala Kencana.

Insiden kembali berlanjut pada Minggu (12/7) saat petugas keamanan PT Freeport dan kepolisian menyisir area perusahaan tambang itu, dimana terjadi tembakan yang melukai beberapa petugas keamanan dan mengakibatkan satu orang satpam tewas dan salah seorang aparat kepolisian juga ditemukan tewas.(*)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009