Jakarta (ANTARA News) - Likuiditas yang ketat, di mana terjadi "capital flow" setelah Lehman Brothers bangkrut pada September 2008, telah mengakibatkan perbankan belum menurunkan suku bunganya, meski suku bunga acuan (BI Rate) telah menyentuh angka 6,75 persen.

Seperti yang diutarakan Wakil Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI), Felia Salim, di Jakarta, Kamis, likuiditas yang ketat tersebut telah membuat terjadinya repatriasi modal.

"Dana global mengalir kembali ke New York untuk dikonsolidasikan," kata Felia, saat memaparkan laporan kinerja BNI triwulan kedua tahun 2009 bersama Direktur Utama, Gatot M Suwondo, di Gedung BNI 46.

Menurut Felia, persepsi risiko yang masih tinggi juga menjadi faktor penyebab suku bunga perbankan belum turun.

Persepsi risiko tersebut, kata dia, mengakibatkan terjadinya kekhawatiran di kalangan perbankan bahwa pengusaha akan kesulitan membayar cicilan kredit akibat krisis.

Hal tersebut dapat dideteksi dari peningkatan kredit bermasalah atau non-perfoming loan (NPL) pada kuartal pertama tahun 2009, kata dia menambahkan.

Felia mengungkapkan, berdasarkan data Bank Indonesia NPL gross perbankan naik dari 3,20 persen (Desember 2008) menjadi 3,93 persen (Maret 2009), serta 10 bank terbesar juga mengalami kenaikan NPL pada kuartal pertama tahun 2009.

Menurut dia, perbankan masih enggan menurunkan suku bunga juga disebabkan oleh fenomena "crowding out". Dampak krisis keuangan global, kata dia, pemerintah menstimulus perekonomian melalui kebijakan fiskal.

Ini menyebabkan pemerintah mengalami defisit ABPN sekitar 2 persen atau Rp100 triliun, kata dia menambahkan.

Untuk memenuhi defisit tersebut, kata dia, pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN) dengan kisaran imbal hasil 9,3 persen hingga 12 persen.

Tentu saja, ujar dia, deposito perbankan yang mematok bunga 9,7 persen hingga 12 persen, tersaingi oleh instrumen tersebut.

"Terjadinya `crowding out` tersebut karena pemerintah dan perbankan sama-sama berupaya menarik likuiditas dengan memberi imbalan yang tinggi," kata Felia.(*)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009