Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengutuk keras serangan bahan peledak di depan Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton yang menewaskan sedikitnya sembilan orang.

Menurut Presiden yang berbicara di Istana Jakarta, Jumat (17/7), peristiwa yang terjadi setelah pemilu presiden itu berdampak pada banyak kegiatan di Indonesia.

"Apalagi dalam waktu dekat ini klub sepak bola terkenal, Manchester United, sedianya akan main di Indonesia," kata Presiden penuh emosi.

Presiden juga meminta pihak-pihak terkait agar segera mengusut tuntas kasus peledakan ini. "Saya bersumpah demi rakyat Indonesia, negara dan pemerintah akan melaksanakan tindakan tegas, tepat, dan benar terhadap pelaku pengeboman berikut otak dan penggeraknya," lanjut Presiden.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa persnya menyatakan, ledakan yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Kawasan Mega Kuningan, merupakan pemboman yang dilakukan oleh jaringan teroris.

"Hari ini adalah titik hitam dalam sejarah kita...Pemboman dilakukan oleh kaum teroris. Aksi terorisme ini dilakukan oleh jaringan teroris meskipun belum tentu kelompok yang dikenal selama ini," kata Presiden dalam pernyataan kenegaraan yang disampaikan di Kantor Presiden.

Presiden terlihat penuh emosi saat menyampaikan pernyataan ini. Terlihat beberapa kali Presiden menghela napas dan memberikan tekanan pada kalimat-kalimatnya.

Menurut Presiden, peristiwa ini berdampak besar bagi Indonesia yang dalam lima tahun ini berada dalam kondisi stabil, baik politik maupun keamanan. Indonesia yang tengah tumbuh baik dari sisi ekonomi, politik, dan citra internasional, seperti diempaskan kembali ke belakang dengan peristiwa ini.

"Kejadian ini yang sangat merusak keamanan dan kedamaian di negeri ini juga terjadi ketika rakyat sungguh menginginkan suasana yang aman, tenang, dan damai, dan justru rakyat juga ingin agar kita segera bersatu membangun kembali negara kita untuk kepentingan rakyat Indonesia," kata Presiden.

Yudhoyono juga menginstruksikan kepada Polri, TNI, termasuk gubernur dan wali kota untuk meningkatkan kewaspadaannya. "Penegak hukum harus bisa mencari pelaku penggerak atau otak di balik kekerasan ini," katanya. (*)

Pewarta: luki
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009