Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan keprihatinannya atas polemik yang berkembang di media massa mengenai dugaan keterkaitan peristiwa pemboman pekan lalu dengan pemilihan umum presiden.

Hal itu dikemukakan oleh Yudhoyono dalam Rapat Koordinasi Nasional Partai Demokrat di JIExpo Jakarta, Rabu malam, terkait dengan pernyataannya selaku Presiden RI pasca insiden bom di dua hotel berbintang di Jakarta pekan lalu.

"Pernyataan saya jelas dan gamblang. Kata demi kata, kalimat demi kalimat. (Tapi) yang terjadi berubah dari apa yang saya katakan, ... seperti dipelintir atau diputarbalikkan," katanya.

Menurut Yudhoyono, ia dituduh mengaitkan peristiwa pemboman dengan hasil pemilihan umum presiden.

Dihadapan sedikitnya 150 orang jajaran DPP PD, anggota Dewan Penasehat, anggota Dewan Pembina, para kader dan caleg terpilih PD, Yudhoyono kemudian membacakan salah satu kutipan pernyataannya pada Jumat 17 Juli 2009, atau tepatnya enam jam setelah terjadinya peristiwa pemboman

"Pagi ini saya mendapat banyak sekali pertanyaan atau ada saudara-saudara yang mengingatkan kepada saya. Yang berteori, paling tidak mencemaskan kalau aksi teror ini berkaitan dengan hasil pemilihan umum presiden sekarang ini".

"Saya meresponnya sebagai berikut, bahwa kita tidak boleh main tuding dan main duga begitu saja. Semua teori dan spekulasi harus bisa dibuktikan secara hukum. Negara kita adalah negara hukum dan negara demokrasi".

"Oleh karena itu norma hukum dan norma demokrasi harus betul-betul kita tegakkan. Bila seseorang bisa dibuktikan bersalah secara hukum, baru bisa mengatakan yang bersangkutan salah," kata Yudhoyono mengutip pidatonya.

Lebih lanjut ia mengingatkan bahwa seluruh pihak, terutama kader PD, harus bersatu untuk mencegah tumbuh suburnya terorisme.

"Jaga keamanan di negeri tercinta ini, ...kita harus sadari ancaman ini serius bagi rakyat kita," katanya.

Pada hari yang sama setelah Yudhoyono selaku Kepala Negara mengeluarkan pernyataan itu, tim kampanye nasional Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto mengeluarkan pernyataan yang menilai pernyataan Presiden Yudhoyono melanggar konstitusi.

Pasca ledakan dua buah bom di dua hotel berbintang di Jakarta pekan lalu, Yudhoyono selaku presiden RI menjenguk korban di rumah sakit, mendatangi lokasi terjadinya peristiwa dan mengumpulkan para pejabat terkait untuk membahas mengenai hal itu.

Ledakan bom tersebut sejauh ini mengakibatkan sembilan orang tewas --beberapa diantaranya adalah warga negara asing-- dan 53 luka-luka.(*)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009