Jakarta (ANTARA News) - Pasca ledakan bom di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, 17 Juli lalu hingga kini belum ada negara yang menyatakan "travel warning" untuk berkunjung ke Indonesia.

Juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) RI Teuku Faizasyah Jumat di Jakarta menegaskan, sejumlah negara hanya mengeluarkan "travel advisory" (himbauan untuk bepergian), bukan "travel warning".

"Belum ada travel warning, hanya imbauan saja oleh sejumlah negara, dan itu wajar untuk memperingatkan warga negaranya," kata Faizasyah.

Dia mengatakan, "travel advisory" yang dikeluarkan sejumlah negara seperti Australia dan Amerika Serikat hanya berupa imbauan kepada warga negara agar berhati-hati bila berkunjung ke Indonesia.

Tetapi kata Faizasyah, keputusan untuk melancong ke Indonesia tetap berada di tangan warga negara itu sendiri.

"Jadi sifatnya bukan larangan," katanya.

Faizasyah juga mengatakan, terkait dengan kasus bom Mega Kuningan yang menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan warga negara Indonesia dan asing tersebut, pemerintah Amerika Serikat dan Australia menawarkan bantuan pengungkapan kasus tersebut.

Faizasyah mengatakan, kedua negara tersebut telah mengajukan penawaran resmi ke pemerintah Indonesia.

"Penawaran telah diterima dan langsung kami teruskan pada pihak Polri. Selanjutnya keputusan di tangan mereka (Polri,red)," katanya.

Menurut dia, tawaran pemerintah Amerika Serikat yang diajukan adalah pemberian data base jaringan teroris yang selama ini dimiliki, serta data base DNA jaringan teroris internasional.

Sedangkan pemerintah Australia, kata dia, menawarkan bantuan keahlian dalam mengidentifikasi rekaman CCTV. Dalam kasus ini rekaman CCTV diharapkan sangat membantu dalam pengungkapan pelaku pemboman.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009