Pekanbaru (ANTARA News) - Bayi berkepala dua asal Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, kini dalam kondisi kritis dan sangat bergantung pada alat bantu pernafasan khusus.

Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang dihadiri oleh enam anggota tim dokter spesialis dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada jumpa pers di Pekanbaru, Sabtu.

Bayi laki-laki dari pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23) tersebut kini masih dirawat secara intensif di ruang Perimatologi RSUD Pekanbaru, sejak dirujuk dari RSUD Puri Husada di Tembilahan, Kabupaten Inhil, pada tanggal 24 Juli lalu.

Enam dokter tersebut terdiri dari tiga dokter spesialis anak, dan sisanya merupakan dokter spesialis jantung, bedah anak dan radiologi.

"Kondisi bayi sangat buruk," kata dokter spesialis anak, dr. Nazardi Oyong, S.Ked, SpA.

Menurut Nazardi Oyong, kondisi umum bayi tersebut mengalami gangguan pernafasan meski suhu badan dan respon rangasangan masih normal. Gangguan pernafasan disebabkan kadar oksigen di dalam darah di bawah batas normal yang seharusnya 95-100 persen. Karena itu, tim dokter terpaksa harus memasangkan alat bantu pernafasan khusus (CPAP) kepada sang bayi.

"Tanpa alat bantu pernafasan itu, pernafasan bayi langsung memburuk dan tubuh membiru," katanya.

Dokter spesialis jantung, dr Diah Siswanti E, Sp.JP mengatakan bahwa buruknya kondisi bayi mengakibatkan tim dokter sulit melakukan observasi organ tubuh bagian dalam.

Ia mengatakan tim dokter baru bisa melakukan rontgen dari seharusnya dilakukan CT scan. Akibatnya, tim dokter belum bisa memastikan jumlah jantung, paru-paru, hati dan limpa.

"Bayi belum bisa dipindahkan dari ruang perimatologi untuk digunakan CT scan," ujar Diah Siswanti.

Dokter spesialis bedah anak, dr Tubagus Odih, spBA menambahkan, tim dokter baru bisa memberikan pelayanan untuk menjaga kelangsungan hidup untuk sang bayi. Meski begitu, lanjutnya, bayi tersebut dipastikan tidak bisa untuk dilakukan operasi pemisahan kepala.

Sebabnya, bayi yang belum sempat diberi nama itu merupakan kembar siam jenis conjoined twins parapagus dicephalus tetrabrachius yang berarti bayi kembar dengan dua kepala, empat lengan, dua tulang belakang dan rongga dada yang menyatu. Namun, secara kasat mata bayi tersebut terlihat memiliki tiga tangan dengan satu tangan yang berada di antara dua leher berukuran lebih kecil.

"Sudah final bayi kembar siam ini tidak mungkin dipisahkan karena meski memiliki dua kepala, namun semua organ tubuhnya kemungkinan hanya ada satu buah," katanya.

Ia menambahkan, kasus kembar siam ini sangat langka karena dari 500 ribu kelahiran di dunia hanya satu yang kemungkinan kembar siam. Sedangkan, kasus ini merupakan delapan persen dari kemungkinan satu bayi kembar siam tersebut.

Bayi berkepala dua tersebut anak dari pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23), warga RT 3 Desa Belanta Raya, Kecamatan Gaung, dan dilahirkan dengan selamat di RSUD Tembilahan melalui operasi cesar pada Kamis malam (23/7) sekitar pukul 20.45 WIB. Saat lahir, bayi ini memiliki bobot 3.200 gram, dengan panjang 43 sentimeter.
(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009