Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kehutanan (Dephut) mengingatkan, pengelola Hutan Tanaman Industri untuk mewaspadai gejala iklim kering, El Nino, yang bisa menyebabkan kebakaran dan mengancam keberhasilan tanam.

Direktur Bina Pengembangan Hutan Tanaman Dephut, Bedjo Santosa di Jakarta, Minggu, mengatakan, pihaknya secara khusus sudah mengirim surat kepada perusahaan HTI yang isinya mengingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Peringatan ini untuk mencegah kerugian karena gejala El Nino diprediksi terjadi di wilayah Indonesia," katanya.

Saat El Nino, menurut dia, peluang terjadinya kebakaran di areal HTI sangat besar. Hal itu, kata Bedjo, biasanya dikarenakan adanya kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan yang kemudian merembet ke areal HTI.

Bedjo sendiri menjamin tidak ada perusahaan HTI yang melakukan pembakaran lahan. "Masa tanaman sendiri mau dibakar. Itu kan aset perusahaan," kata dia.

Untuk itu dia meminta agar perusahaan HTI mengintensifkan patroli pencegahan kebakaran. Selain itu, perusahaan HTI juga diminta untuk menyiapkan perangkat pemadaman kebakaran yang memadai.

Karena musim kering berkepanjangan diperkirakan akan menganggu keberhasilan penanaman HTI, Bedjo meminta agar perusahaan HTI bisa menambah jumlah persediaan bibit sebagai cadangan tanaman sulaman jika terjadi bibit yang mati kekeringan.

Sebelumya, Direktur Sinar Mas Forestry, Purwadi Soeprihanto menyatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah antisipasi menghadapi kemungkinan el nino, termasuk di antaranya adalah menambah cadangan bibit sebanyak 20 persen dari kebutuhan normal untuk tiap hektarenya yang sekitar 2.000 batang.

"Jadi kalau ada bibit yang mati, kami sudah menyiapkan persediaan bibitnya. Langkah itu diharapkan tidak akan menggangu pencapaian target penanaman kami," katanya.

Menurut Purwadi, setiap tahunnya kelompok usaha Sinar Mas melakukan penanaman tidak kurang dari 200.000 hektare dengan tanaman utama akasia mangium dan ekaliptus.

Dikatakannya, pihaknya sebenarnya tidak terlalu khawatir terhadap dampak el nino sebab curah hujan di luar Jawa umumnya tetap tinggi meski di musim kemarau sekalipun. "Rata-rata masih 2.000 milimeter per tahun. Meski demikian, kami tetap akan waspada," katanya.

Selain bibit, Purwadi juga menyatakan, pihaknya melakukan modifikasi teknik perawatan di tahun pertama paska penanaman, misalnya dengan mengganti tipe pupuk menjadi pupuk cair, sehingga bisa lebih mudah di serap oleh tanaman. "Kalau pada tahun pertama sudah bisa bertahan, pohon akan tumbuh dengan sendirinya," katanya.

Selain menyiapkan cadangan bibit, Purwadi mengatakan, pihaknya juga siap untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan.(*)

Pewarta: luki
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009