Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sejumlah helikopter Pakistan hari Senin melancarkan serangan yang menewaskan 20 militan dan menghancurkan empat tempat persembunyian, termasuk sebuah pusat pelatihan penyerang bom bunuh diri, di kawasan suku baratlaut, kata paramiliter.

Operasi itu dilakukan di lembah Tirah, 35 kilometer sebelah baratdaya Landi Kotal, kota utama di daerah Khyber yang merupakan rute pemasokan utama bagi pasukan NATO di Afghanistan.

"Helikopter-helikopter militer membom tempat persembunyian militan Senin sore, menewaskan 20 pemberontak dan menghancurkan empat tempat persembunyian mereka," kata seorang jurubicara Korps Perbatasan paramiliter, Mayor Fazal-ul-Rehman, kepada AFP.

Ia mengatakan, tempat-tempat persembunyian itu mencakup sebuah pusat pelatihan dimana pemberontak biasa melatih penyerang bom bunuh diri dan prajurit muslim garis keras, dan serangan udara itu dilakukan setelah ada informasi intelijen.

Angka-angka kematian yang diumumkan Pakistan tidak bisa dikonfirmasi di daerah-daerah yang terpencil dan umumnya terputus dari peliputan media independen.

Pakistan mengalihkan lagi perhatian ke kawasan suku setelah operasi musim panas terhadap Taliban di dan sekitar Swat, yang pernah dijuliki "Swis Pakistan" karena tempat wisata pegunungannya yang indah.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.800 militan dan 166 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Gerilyawan Islamis, yang sangat menentang aliansi Pakistan dengan AS yang memerangi pemberontakan Taliban di Afghanistan, melancarkan serangan setiap hari di wilayah baratlaut.

Bentrokan-bentrokan baru mematikan di Lembah Swat telah menyulut kekhawatiran mengenai memburuknya keamanan ketika pemerintah memulangkan lebih dari 2.300 keluarga yang mengungsi akibat ofensif militer belum lama ini.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Sekitar 1.800 militan dikabarkan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009