Washington, (ANTARA News) - Korea Utara menyatakan bersedia untuk mempertimbangkan suatu perjanjian perlucutan senjata baru jika Amerika Serikat mempertimbangkan kekhawatiran keamanannya, kata seorang pejabat senior China Selasa.

Para pejabat China dan AS, yang mengadakan perundingan skala luas selama dua hari di Washington, mengatakan mereka berbicara panjang mengenai Korea Utara yang dalam beberapa bulan belakangan ini telah melakukan uji coba bom atom, menembakkan rudal dan memutuskan dari perundingan perlucutan senjata.

Wang Guangya, wakil menteri luar negeri China, mengatakan bahwa Beijing menyambut baik peran aktif AS dalam mengupayakan solusi masalah semenanjung Korea, seperti dikutip dari AFP.

"China meyakini bahwa jika paket solusi AS mempertimbangkan kembali alasan kekhawatiran keamanannya, hal itu akan menarik bagi pihak Korea Utara," kata Wang kepada wartawan.

Korea Utara menanda-tangani perjanjian 2007 dengan lima negara -AS, China, Jepang, Korea Selatan dan Rusia - yang berjanji pihaknya tidak melakukan serangan dan mendapat imbalan bantuan sebagai balasan mencabut program nuklirnya.

Korea Utara mengatakan sikap permusuhan AS lah yang menolak kesepakatan itu. Namun banyak analis memperkirakan bahwa tindakan Pyongyang lebih bertujuan perjuangan kekuasaan pada saat pemimpin Kim Jong-Il kesehatannya terganggu.

Menlu Hillary Clinton mengatakan, bahwa dia dan Dai Binggui, veteran perunding dengan Pyongyang, telah berbicara panjang mengenai `pandangan China terhadap kedua Korea namun juga interaksi kami dengan mereka.`

"Dan saya dapati bahwa hal itu sangat bermanfaat," kata Ny. Clinton kepada wartawan.

China adalah negara sekutu terdekat Korea Utara dan bertindak sebagai tuan rumah perundingan maraton enam negara, yang mencapai kesepakatan perlucutan nuklir, yang kini berantakan.

China juga menghadapi kecaman keras di Washington, terutama di antara tokoh konservatif yang mengatakan bahwa Beijing kurang menggunakan pengaruhnya terhadap Korea Utara.(*)

Pewarta: wibow
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009