London, (ANTARA News) - Ini saga dari Park-Ji Sung yang monumental di jagat sepakbola Inggris. Setelah dua dekade sebagai pelatih Manchester United (MU), Sir Alex Ferguson sudah terbiasa melihat pemainnya tampil sebagai idol sejagat, tidak terkecuali Park Ji-Sung.
 
Pemain asal Korsel itu mendapat sambutan luar biasa saat pulang kampung dalam rangka Tur Asia beberapa waktu lalu.

Park sampai saat ini merupakan "produk ekspor" Korea Selatan yang paling sukses dan akan memasuki musim kelima bergabung dengan keluarga besar Manchester United di Old Trafford.

Pemain yang lincah tersebut ternyata mampu menjawab keraguan banyak pihak karena selama ini selalu menjadi pemain kunci dalam klub terkaya dunia itu.

Tidak berlebihan ketika pulang kampung untuk pertama kalinya bersama MU beberapa waktu lalu, para penggemar Park di tanah kelahirannya itu berusaha untuk memberi penghormatan kepada pahlawan mereka.

Ribuan massa pun membanjiri bandara untuk menyambut kedatangan Park bersama MU di Seoul.

Meski Park sebenarnya tidak dalam kondisi fit, Ferguson pun merasa perlu untuk menurunkannya sebagai pemain pengganti pada pertandingan persahabatan menghadapi FC Seoul.

Tiket pertandingan sudah terjual habis hanya dalam hitungan jam dan para penonton pun memberikan sambutan meriah ketika Park bermain selama 17 menit.

"Dua tahun lalu ia mengalami cedera dan tidak bermain, tapi saya kira ia masih pantas tampil sebagai pemain terbaik. Pertandingan itu membuktikan bahwa Korea mempunyai pendukung sepakbola fanatik. Korea adalah negara sepakbola," kata Ferguson.



Segelintir

Meski ada juga segelintir pemain Asia yang meraih sukses di Eropa, tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang mempunyai kualitas seperti Park.

Kerja keras dan kemampuannya untuk mencari ruang yang tidak dimiliki pemain lain membuat Ferguson langsung terkesan. Sukses MU meraih tiga gelar juara Liga Utama Inggris tiga kali secara beruntun, tidak terlepas dari peran yang diberikan Park.

Pemain berusia 28 tahun itu menjadi orang Asia pertama yang dipercaya sebagai kapten MU, tidak lama setelah ia pindah dari PSV Eindhoven pada 2005.

Tapi saat paling bersejarah terjadi pada Mei 2009 lalu ketika Park menjadi orang Asia pertama yang tampil di final Liga Champion.

Namun saat-saat bersejarah di Roma tersebut harus berakhir dengan kekecewaan karena MU menyerah kalah kepada Barcelona.

Walau bagaimana pun, bagi Park sendiri apa yang telah dijalaninya merupakan titik kulminasi dari sebuah impian yang dia sendiri mungkin tidak pernah bisa bayangkan bisa terwujud. Setahun sebelumnya, ia tidak diturunkan ketika MU bertemu Chelsea di final.

Nilai yang diberikan kepada MU tidak saja sekedar ketrampilannya di lapangan.

Warga Korea Selatan telah membeli 1,2 juta kartu kredit MU sejak Park pindah ke Old Trafford dan penjualan pernak-pernik suvenir pun melonjak di kawasan Asia.

Tidak mengherankan jika Park kemudian menandatangani perpanjang kontrak selama empat tahun di MU pada Mei lalu.

Disaat Park menatap masa depan yang cerah, dilain pihak rekan - rekan senegaranya yang bermain di klub Inggris lainnya, justru menghadapi nasib yang tidak jelas.

Seol Ki-Hyeon asal Fulham misalnya yang sampai sekarang masih bersatus sebagai pemain pinjaman dari klub Arab Saudi, Al-Hilal. Seol hanya bermain sebanyak enam kali untuk Fulham pada musim kompetisi 2008-2009.

Namun pemain berusia 30 tahun itu bersikeras untuk tetap bertahan dengan harapan suatu saat akan menjadi pemain utama.

Pemain Korea Selatan lainnya, yaitu CHo Won-Hee juga masih belum yakin apakah ia masih dapat kesempatan bersama Wigan setelah sebelumnya mengikuti ujicoba di Monako dan Schalke.

Cho yang bergabung sejak Maret lalu bersama Wigan, mengalami cedera saat membela tim nasional Korea Selatan dan akibatnya, dia harus menunggu sampai pertandingan terakhir musim kompetisi saat memulai debutnya menghadapi Stoke.

Steve Bruce, pelatih yang merekrut Cho, sudah hengkang ke Sunderland dan pemain Korea itu pun harus bekerja keras agar bisa menarik perhatian pelatih baru Roberto Martinez.

Nasib tidak beruntung juga dialami Kim Do-Heon yang hanya sebentar membela West Bromwich Albion dan akhirnya pulang kampung untuk bergabung dengan Suwon Bluewings dengan transfer 360.000 pound.

Pemain yang masih punya kesempatan lebih banyak untuk membuktikan diri adalah pemain sayap Lee Chung-Yong yang direkrut Bolton dari FC Seoul pada Juli 2009 dengan nilai transfer 2,1 juta pound.

Pemain berusia 21 tahun yang mengantar Seoul ke perempat-final Liga Asia (AFC Championship League)itu berujar: "Saya telah mempertimbangkan kepindahan itu berulangkali karena FC Seoul mempunyai peluang untuk menjadi klub terbaik di Asia dan Korea."

"Tapi saya akhirnya memutuskan untuk menerima tantangan ini untuk bergabung dengan Bolton karena kesempatan hanya datang sekali," katanya, seperti dikutip dari AFP.(*)

Pewarta: wibow
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009