Bandung (ANTARA News) - Produsen vaksin nasional, PT Bio Farma telah memperoleh tiga strain virus H1N1 dalam upaya proses memproduksi sendiri vaksin flu burung.

"Kami sudah memperoleh tiga strain dari WHO, namun untuk pengembangan vaksin flu burung nanti hanya satu strain yang dipakai," kata Direktur Utama PT Bio Farma, Isa Mansyur di sela-sela menerima penghargaan sebagai Perusahaan Pelindung Anak dari Pemprov Jabar di Gedung Sate Kota Bandung, Kamis.

Ia menyebutkan, ketiga strain itu antara lain strain Meksiko, Solomon dan strain Malaysia. Sedangkan vaksin yang sudah diproduksi saat ini vaksin seasonal flu.

Menurut Isa, pihaknya hanya akan mengembangkan vaksin flu burung dari satu strain saja yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia dan tentunya kebutuhan vaksin flu burung di Indonesia.

Meski vaksin yang akan diproduksi itu untuk flu burung (H5N1) namun proses bakunya dengan menggunakan H1N1.

"Saat ini sudah diproduksi vaksin seasonal flu, dan itu awal pengembangan dari vaksin untuk flu burung," kata Isa.

Sementara itu, proses tender pembangunan fasilitas pabrik vaksin flu burung sudah dilakukan Juli 2009 lalu, sehingga ditargetkan pada 2010 mendatang sudah bisa dioperasikan.

Pengembangan vaksin flu burung oleh PT Bio Farma terletak di dua lokasi yakni di Kompleks Bio Farma Jl Pasteur Kota Bandung dan di kawasan Lembang untuk pengembangan telurnya.

"Produksi telurnya dilakukan di kawasan Lembang, sedangkan produksinya di kompleks PT Bio Farma," kata Isa.

Ditur PT Bio Farma itu menyebutkan, secara SDM pihaknya sudah siap untuk memproduksi vaksin flu burung, juga teknologinya sudah dikuasai. Namun kendalanya saat ini masih menunggu anggaran untuk proses produksi dan fasilitas pabriknya.

Pada Agustus 2009 ini, dilakukan optimalisasi pengembangan vaksin flu burung, dan saat ini telah diproduksi bulk sekitar 10 liter. Selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 50 liter bulk dan siap memproduksi secara masal pada tahun depan.

"Pada 2010 mendatang kami pasti sudah bisa memproduksi vaksin flu burung, minimal untuk 10 persen penduduk Indonesia," katanya.

Ia mengakui, untuk memproduksi vaksin flu burung sendiri, butuh investasi cukup besar. Namun demikian hal itu perlu dilakukan untuk menghadapi wabah flu itu di masa mendatang.

Di lain pihak, harga vaksin flu burung masih cukup tinggi yakni sekitar delapan dolar AS per dosis.

Vaksin anak

Lebih lanjut, Direktur PT Bio Farma menyebutkan, pihaknya tetap konsisten untuk memproduksi vaksin untuk balita dan anak-anak yang selama ini dipakai di seluruh Indonesia dan diekspor ke 120 negara di dunia.

"Kebutuhan vaksin untuk balita dan anak-anak cukup tinggi, tak hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri," katanya.

Vaksin untuk anak-anak dan balita itu antara lain vaksin campak, difteri, BCG, Pertusis, tetanus serta vaksin combo (uniject). Pemerintah Indonesia memesan vaksin 200 juta dosis dengan total kontrak senilai sekitar Rp380 miliar hingga Rp400 miliar.

"Produksi vaksin seluruhnya sekitar 900 juta dosis, sekitar 600 juta dosis diantaranya diekspor ke 120 negara di dunia baik langsung maupun melalui UNICEF dan WHO," kata Isa Mansyur.

Tahun 2009 ini, PT Bio Farma menargetkan pendapatan sebesar Rp1,1 triliun.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009