Jakarta, 31/7 (ANTARA) - Kalangan industri pariwisata mengusulkan kepada pemerintah (Depbudpar) agar tidak merevisi target 6,5 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tahun ini, meski muncul peristiwa bom Mega Kuningan Jumat (17/7) lalu. Sementara itu pasca-bom Mega Kuningan tingkat hunian kamar hotel maupun pergerakan wisatawan di Jakarta dan Bali relatif stabil.

"Pasca-bom Mega Kuningan tingkat hunian kamar hotel di Jakarta dan Bali relatif stabil, rata-rata mencapai 70%," kata Yanti Sukamdani, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Jakarta (PHRI) seusai mengikuti rapat koordinasi (Rakor) pemulihan (recovery) pariwisata bersama Menbudpar Jero Wacik di Gedung Sapta Pesona Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Yanti, pada hari pertama terjadinya peristiwa bom Mega Kuningan ada cancellation namun tidak signifikan. Tamu hotel hanya pindah dari chain hotel bintang lima ke bintang empat nasional. "Sehari kemudian kondisi itu normal kembali," kata Yanti seraya mengatakan, secara nasional bisnis hotel di tanah air tidak terlalu terpengaruh oleh situasi seperti krisis ekonomi global, wabah penyakit flu babi H1N1, ataupun aksi teror bom Mega Kuningan. PHRI mencatat pada Januari-Juni 2009 rata-rata tingkat hunian kamar hotel di Indonesia mencapai 70%.

Depbudpar bersama industri dan stakeholder pariwisata lainnya saat ini tengah melakukan pemulihan (recovery) pariwisata pasca-bom Mega Kuningan dengan mengacu pada Protap (prosedur tetap) 9 langkah recovery yakni; membentuk media center, mengecek eksodus, melakukan tindakan empati, melokalisir problem, menggalang komunikasi dan dukungan stakeholders nasional dan internasional, menyelenggarakan media tour-fam tour (seeing is believing), road show, promosi pemulihan citra/media campaign, serta mendorong pelaksanaan event-event nasional, internasional dan menambah event-event baru.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Surya Dharma, Kepala Pusat Informasi dan Humas, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata


Pewarta: handr
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2009