London (ANTARA News/Reuters) - Sekutu di NATO seharusnya menyumbang lebih dalam bertempur dengan Taliban di Afghanistan atau menghadapi kerusakan nama persekutuan itu, kata peringatan parlemen atau pembuat undang-undang Inggris di London, pada Minggu.

"Kegagalan beberapa sekutu NATO menjamin bahwa beban usaha antarbangsa di Afghanistan dipikul merata membuat ketegangan, yang tak diterima beberapa negara," kata laporan Panitia urusan Luar Negeri parlemen.

"Ada kemungkinan nyata bahwa tanpa lebih banyak pembagian merata tanggung jawab dan bahaya, usaha NATO akan lebih terbatas dan nama baiknya sebagai persekutuan ketentaraan, kemampuan akan melaksanakan gerakan keluar wilayah, rusak parah," tambahnya.

Laporan itu dikeluarkan sesudah Inggris menderita 22 tentaranya tewas pada Juli, bulan paling mematikan dalam perang itu, saat Inggris dan Amerika Serikat melancarkan gerakan besar Cakar Macan terhadap pejuang Taliban di Provinsi Helmand, Afganistan selatan.

Inggris menempatkan lebih dari 9.000 tentara di Afghanistan, sebagian besar di Helmand dan merupakan satuan asing terbesar setelah Amerika Serikat, yang 41 tentaranya tewas pada Juli.

Anggota parlemen itu tidak menunjuk sekutu NATO mana sebaiknya menyumbang lebih banyak, tapi Jerman dan negara lain Eropa sudah ditekan Amerika Serikat untuk mengirim lagi tentara ke Afganistan.

Banyak yang menentang, dengan menyebutkan perlawanan umum bagi keterlibatan lebih besar di negara terkoyak perang tersebut.

Pembuat undang-undang itu juga menyatakan Inggris sebaiknya menyerahkan tugas memimpin dalam memberantas perdagangan narkotika di Afghanistan dan memusatkan perhatian pada memperbaiki keamanan negara tersebut.

Perbantahan berlangsung hebat di Inggris berkaitan dengan apakah tentara mereka telah mendapat sumber daya cukup, karena jumlah tentara tewas kian meningkat.

Kebanyakan orang Inggris percaya negara Eropa itu tak dapat menang dalam perang bergelimang darah, yang menghebat, di Afghanistan dan ingin tentaranya ditarik, kata jajak pendapat pada ahir Juli.

Perang di Afganistan itu menewaskan 191 prajurit Inggris sejak 2001.

Pertambahan korban jiwa memicu pertikaian politik mengenai sumber daya bagi tentara di Afganistan, sementara Perdana Menteri Gordon Brown dipaksa mempertahankan siasat Inggris setelah seruan bagi tambahan peralatan dan sepatu bagi tentara di lapangan.

Namun, menurut jajak pendapat di harian "Independent" pada ahir Juli tersebut, lebih dari separuh dari warga Inggris berpendapat Inggris tak dapat menang dalam perang di Afghanistan dan ingin melihat penarikan segera tentara dari negara tersebut.

Sebanyak 50 persen dari warga Inggris menganggap serangan terhadap Taliban sebagai kekalahan. Hanya 31 persen tak sependapat, kata angket telefon ComRes, yang dilakukan buat surat kabar itu antara 24 hingga 26 Juli.

Sebanyak 50 persen dari 1.008 orang Inggris, yang ditanyai, ingin tentara negara tersebut keluar, sedangkan 43 persen ingin mereka tetap di Afganistan.

Dalam pidato di markas Persekutuan Pertahanan Atlantik Utara NATO di Brussel, Miliband menekankan keperluan pemerintah Afghanistan berhubungan dengan anasir Taliban moderat.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai menyambut tindakan Inggris tersebut dan menyatakan itu adalah "penegasan mengenai sikap tepat tentang Afganistan".

Namun, juru bicara Taliban kembali menyatakan tak ada pembicaraan tanpa penarikan tentara asing dari Afganistan.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009