Semarang (ANTARA News) - Seorang analis politik mengatakan Partai Golkar tidak ikut menikmati keuntungan dari sukses yang diraih pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, meskipun Jusuf Kalla sebagai Wapres memiliki andil besar di dalamnya.

Analis politik dari Universitas Diponegoro Semarang, Teguh Juwono, dari hasil berbagai survei menunjukkan bahwa dukungan terhadap SBY dan Partai Demokrat meningkat, sementara Partai Golkar yang memenangi Pemilu 2004 berada dibawahnya.

Menurut Teguh Juwono di Semarang Kamis, Jusuf Kalla yang oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif disebut sebagai acting president, popularitasnya malah tertinggal jauh dari kandidat lainnya.

Logika politiknya, kalau pemerintahan sekarang dinilai sukses, seharusnya dukungan rakyat kepada Partai Demokrat dan Partai Golkar juga meningkat karena pemerintah sekarang direpresentasikan oleh duet SBY dan Jusuf Kalla.

"Namun ternyata keuntungan hanya diraih Partai Demokrat. Dalam panggung memang hanya mengenal satu tokoh. Andai gagal, orang nomor satu juga yang menjadi tumpahan kegagalan, bukan orang nomor dua," kata Teguh Juwono.

Menurut dia, dalam sejumlah kasus dengan lingkup lebih kecil, misalnya di kabupaten atau kota, masyarakat juga hanya mengenal satu tokoh kunci, yakni wali kota atau bupati, bukan wakilnya.

"Opini publik memang seperti itu dan realitas seperti ini tidak bisa diatasi dengan kampanye besar-besaran untuk membentuk citra bahwa ada orang lain di luar orang nomor satu," katanya.

Oleh karena itu, Teguh menyarankan Partai Golkar dan Jusuf Kalla agar mencari isu lain untuk mendongkrak citra agar mendapat dukungan besar pada Pemilu dan Pilpres 2009, bukan dengan cara mendompleng sukses pemerintahan sekarang.
(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009