Kupang (ANTARA News) - Prakirawan Klimatologi El Tari Kupang, Mochammad Saiful, memperkirakan, ancaman El Nino yang saat ini serius melanda warga Nusa Tengara Timur (NTT), terutama masyarakat di Pulau Sumba, Flores bagian Timur dan Alor.

"Di wilayah Sumba, Flores bagian Timur dan Alor NTT, diperkirakan musim hujan baru akan terjadi pada akhir Desember dari biasanya antara akhir Oktober hingga awal November," katanya di Kupang, Sabtu.

Prakiraan tahunan menyebutkan, hujan akan mundur 10-30 hari. Apabila hal ini terjadi, maka hujan baru turun pada akhir Desember untuk wilayah-wilayah tersebut di atas.

Ia menyebut frekuensi kejadian El Nino cenderung meningkat dengan durasi yang semakin panjang, tingkat anomali iklim yang semakin besar, dan siklus kejadian yang semakin pendek.

"Anomali iklim tersebut menyebabkan penurunan curah hujan dan ketersediaan air irigasi yang selanjutnya berimplikasi pada penurunan produksi pangan sekitar 3,06 persen untuk setiap kejadian El Nino," katanya.

Dikatakan, penurunan produksi pangan akibat El Nino paling tinggi terjadi pada produksi jagung.

Hal ini, kata Saiful menunjukkan bahwa produksi jagung paling sensitif terhadap peristiwa anomali iklim. Dalam rangka menekan dampak negatif El Nino terhadap produksi pangan maka diperlukan kebijakan penanggulangan yang komprehensif.

Ia menyebut tiga upaya pokok menghadapi El Nino, yaitu pengembangan sistem deteksi dini anomali iklim, pengembangan sistem diseminasi informasi yang efisien tentang anomali iklim dan mengembangkan mendiseminasikan dan memfasilitasi petani untuk menerapkan teknik budidaya tanaman yang adaptif terhadap situasi kekeringan di samping membangun dan merehabilitasi jaringan irigasi serta mengembangkan teknik pemanenan curah hujan

"Untuk wilayah NTT dimana 70 persen warganya adalah petani, mulai merasakan ancaman El Nino berupa kekeringgan yang mulai melanda sejumlah wilayah NTT, saat ini," katanya.

Ia menyebut El Nino itu hanya fenomena alam, dimana uap air yang ada berpindah ke arah laut Pasifik menyinggahi Indonesia, termasuk NTT.

"Jika pada saat itu fenomenanya posetif, maka masa uap air di Sumatera bagian barat berpindah ke Afrika maka terjadi El Nino (musim kekeringan). Tetapi jika masa air di afrika berpindah ke Sumatera, maka akan terjadi La Nina (musim basah)," katanya.

Kedatangan El Nino, kata Saiful akan semakin manambah persoalan kekeringan yang saat ini melanda provinsi kepulauan ini, karena itu, seluruh komponen masyarakat diimbau untuk berwaspada dengan menyiapkan embung-embung dan fasilitas penampung air lainnya, serta menghijaukan lahan kritis yang ada.(*)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009