Bekasi (ANTARA News) - Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi, Jawa Barat tengah meneliti limbah buangan rumah sakit di kota itu untuk mengetahui kualitas limbah cair yang kemungkinan mencemari lingkungan.

"Kita melakukan pengambilan sampel limbah dari 15 rumah sakit di Kota Bekasi. Rumah sakit harusnya memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memenuhi persyaratan sehingga lingkungan sekitarnya tidak tercemar," kata Kepala BPLH Kota Bekasi, Dudy Setyabudhi, di Bekasi, Rabu.

Hasil sampel tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui kadar kandungan bahan kimia yang masih tersisa setelah dilakukan pengolahan limbah oleh pihak rumah sakit.

Ia mengatakan, rumah sakit yang memiliki limbah spesifik harus mengolah dengan benar sisa-sisa cairan dari penanganan pasien dan tidak membuangnya bila masih ada kandungan bahan berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat.

Dalam dokumen pendirian sebuah rumah sakit, menurut Dudy, persoalan instalasi pengolahan limbah itu sudah termasuk dalam bagian unit pengelolaan lingkungan yang harus disiapkan dengan baik dan memenuhi standar.

Apabila dari hasil penelitian ditemukan pelanggaran terhadap parameter ambang batas bahan kimia yang dibuang ke media lingkungan oleh pihak RS, ujarnya, aparatnya akan memberikan teguran dan tindakan.

Untuk limbah padat, tegas Dudy, biasanya rumah sakit memiliki peralatan incinerator yang berfungsi memusnahkan limbah padat dan penanganannya lebih sederhana.

Rumah sakit yang diperiksa limbahnya tersebut adalah RSUD Kota Bekasi, dan rumah sakit besar seperti Rumah Sakit Mitra Keluarga.

Dudy juga menjelaskan, air yang mengaliri Kali Bekasi diduga tercemar bahan bahaya beracun (B3) yang disinyalir berasal rumah sakit, limbah pabrik, dan industri rumah tangga.

Berdasarkan uji sampel, telah ditemukan beberapa kadar Chemical Oxyd Demand (COD), BOD, kandungan mercury, lemak dan bahkan bakteri E-coli dalam jumlah melebihi ambang batas.

Ia menjelaskan, bakteri E-coli yang mencemari berasal dari buangan kotoran manusia, sementara kandungan B3 berasal dari bahan kimia pabrik yang tengah diteliti darimana sumber penyebarannya.

"Jalur Kali Bekasi di hulunya bermula dari kabupaten Bogor dan untuk mencari sumber penyebabnya perlu dilakukan penelitian dari hulu ke hilir," ujarnya.

Untuk Kali Bekasi, yang masuk kategori kelas dua dengan ambang batas parameter kandungan bahan-bahan kimianya rendah seperti Kalimalang yang masuk kategori kelas satu (A) sebagai bahan baku air minum.
(*)

Pewarta: handr
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009