Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) menyatakan pihaknya menjalankan penyelidikan setelah dua bocah, laki-laki berusia 11 tahun dan perempuan berusia 4 tahun, dilaporkan mempunyai Sindrom Peradangan Multi-sistem pada Anak (MIS-C) pada Senin (25/5).
Kedua pasien teruji negatif COVID-19, namun menjalani analisis lanjutan karena bocah laki-laki itu berada di Filipina pada kurun waktu antara Januari dan Maret.
Baca juga: Korsel tetap longgarkan "lockdown" sekalipun klaster di klub malam
Baca juga: Kasus baru corona Korsel turun jadi satu digit untuk pertama kali
Pasien bocah laki-laki sudah pulang dari rumah sakit, sementara bocah perempuan diharapkan bisa juga keluar secepatnya, menurut pernyataan Jeong Eun-kyeong, direktur KCDC.
"Kedua pasien anak ini sudah pulih dari gejala yang timbul. Kami menjalankan tes antibodi COVID-19 kepada mereka untuk memastikan apakah mereka terinfeksi, dan setelah hasilnya keluar akan diketahui apakah mereka mengalami kasus MIS-C," ujar Jeong.
Pejabat KCDC yang bertanggung jawab dalam penanganan pasien bocah itu, Kwak Jin, menyatakan bahwa keduanya mendapat perawatan Sindrom Kawasaki.
Gejala MIS-C sendiri mirip dengan Sindrom TS (toxic shock) dan Sindrom Kawasaki, yang juga termasuk demam, ruam, bengkak pada kelenjar, dan radang jantung pada beberapa kasus parah.
Kasus-kasus MIS-C telah dilaporkan muncul di Prancis, Italia, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat (AS)--dengan lebih dari 100 kasus terjadi di negara bagian New York.
Sindrom tersebut memunculkan kekhawatiran akan COVID-19 berpotensi memberikan risiko lebih besar pada anak daripada yang selama ini dipahami, mengingat kebanyakan kasus infeksi virus corona itu terjadi parah pada orang tua dan orang dengan penyakit bawaan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Korsel gunakan robot barista untuk cegah penyebaran corona
Baca juga: Korsel laporkan lima kasus baru penularan COVID-19
Pewarta: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2020