Sidrap, Sulsel (ANTARA News) - Memasuki dua hari Ramadan gas elpiji di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, mengalami kelangkaan.

Akibat langkanya gas elpiji tersebut, ibu rumah tangga di sejumlah kecamatan di Sidrap sulit mendapatkan gas tersebut, kemudian turut diperparah dengan melambungnya harga minyak tanah di tingkat pengecer.

Harga minyak tanah Rp6 ribu per liter, padahal harga normal sebelum ramadan hanya mencapai Rp3.500 per liter.

Salah seorang warga Kelurahan Amparita, Sidrap, Ny Esri, yang ditemui Minggu, mengatakan, bagi warga yang mampu mungkin tak masalah, tapi bagi warga berekonomi lemah, tak ada cara lain keculai mengandalkan kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan masaknya di dapur.

"Kalau ada uang, tidak masalah harganya naik, tapi sekarang ini kami betul-betul susah," ujar Ny Esri .

Ny Esri mengatakan, dirinya belum mengetahui pasti mengapa stok kedua bahan bakar ini menjadi langka dipasaran, padahal, masyarakat sekarang ini sangat membutuhkannya. Pengelola atau pengecer sendiri tidak tahu kenapa bahan bakar elpiji dan minyak tanah ini tiba-tiba mendadak hilang di pasaran.

Salah seorang pengecer elpiji, Rahman mengaku belum tahu sampai kapan pengiriman gas elpiji ini akan kembali normal.

"Kami berusaha untuk memenuhi kebutuhan warga. Tapi apa boleh buat, pengiriman dari agen sampai sekarang belum datang," ujarnya.

Mengenai masih adanya minyak tanah bersubsidi beredar di sejumlah kecamatan lainnya itu diperkirakan masih merupakan stok lama yang belum habis terjual. Sayangnya ujar sejumlah warga, harga minyak tanah tersebut juga dinaikkan.

Kondisi yang sama juga terjadi di Kecamatan Watang Pulu dan Panca Lautang. Di dua wilayah ini, banyak pangkalan minyak tanah terpaksa tutup karena sudah hampir sebulan tak pernah mendapat pasokan minyak tanah dari pihak agen.

"Sudah sebulan pangkalan kami tak pernah mendapatkan pasokan minyak tanah dari agen, karena itu terpaksa menutupnya untuk sementara waktu. Nanti kalau ada, kami buka kembali," ujar La Dollah, pemilik pangkalan minyak tanah di wilayah itu.(*)

Pewarta: ferly
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009