Kabul (ANTARA News/AFP/Reuters) - Empat tentara Amerika Serikat di bawah persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO) tewas pada Selasa akibat ledakan bom di Afghanistan selatan, kata persekutuan itu.

Tentara itu bergerak di bawah Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO dan tewas di daerah Afghanistan, tempat perlawanan pimpinan Taliban mencapai tingkat paling dasyat, kata pernyataan ISAF.

Satuan tersebut tidak mengungkap tempat pasti kejadian itu.

"Empat anggota Pasukan Bantuan Keamanan Asing tewas hari ini akibat peledak rakitan (IED) di Afghanistan selatan," kata pernyataan tersebut.

Dengan mengutip keterangan bintara laut Brian Naranjo, pernyataan itu menyebut tentara tersebut orang Amerika Serikat.

Tentara itu sedang meronda di salah satu daerah paling keras di Afghanistan ketika peristiwa tersebut terjadi, kata pernyataan itu.

Kematian terakhir itu menjadikan 63 jumlah tentara asing tewas di Afghanistan pada bulan ini dan 295 sejak Januari.

Tahun ini adalah yang paling mematikan bagi tentara asing di Afghanistan sejak mereka tiba pada 2001 sesudah menumbangkan pemerintah Taliban.

Sejumlah 802 tentara Amerika Serikat tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinannya pada 2001, sementara jumlah tentara asing tewas ialah 1.344 orang.

Taliban, yang berkuasa sejak 1996, memperhebat perlawanan mereka tiap tahun, memaksa pemerintah Presiden Barack Obama mengirim tentara tambahan dalam upaya mengalahkan pejuang tersebut.

Marinir Amerika Serikat dan pasukan Inggris terus melancarkan serangan besar-besaran di propinsi selatan, Helmand dan Kandahar, menjelang pemilihan presiden dan anggota dewan propinsi pada 20 Agustus.

Tujuan gerakan itu adalah mengamankan daerah tersebut agar petugas pemilihan umum dapat masuk dan pemilih memberikan suara mereka tanpa takut serangan.

Terdapat sekitar 100.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.

Serangan Taliban terhadap petugas keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum tersebut.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara tersebut.

Bom rakitan dikenal dengan IED itu mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.

Pemilihan umum itu, yang akan menetapkan presiden dan anggota dewan provinsi, dipandang sebagai ujian bagi upaya antarbangsa untuk membantu menciptakan demokrasi di Afganistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan pimpinan Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilihan umum tersebut.

Serangan Taliban terhadap petugas keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum tersebut.(*)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009