Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Taliban Pakistan hari Jumat mengklaim bertanggung jawab atas serangan bunuh diri di dekat perbatasan Afghanistan yang menewaskan 22 polisi dan mengatakan, pemboman itu merupakan pembalasan pertama atas kematian pemimpin mereka.

Seorang penyerang bom bunuh diri memasuki barak di dekat lintasan perbatasan Torkham pada Kamis petang ketika aparat kepolisian akan berbuka puasa.

Sejumlah pejabat mengatakan, penyerang meledakkan bom yang dipasang di tubuhnya, menewaskan 21 orang dan mencederai 15 lain. Satu korban lagi tewas akibat luka-lukanya pada tengah malam.

"Kami mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu," kata Azam Tariq, jurubicara Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), melalui telefon dari sebuah tempat yang tidak diketahui.

"Ini merupakan pembalasan pertama kami sejak kematian pemimpin kami Baitullah Mehsud," kata Tariq kepada AFP. "Kami juga akan melanjutkan serangan-serangan serupa pada masa yang akan datang."

Ia mengatakan, "korban-korban serangan bom bunuh diri itu semuanya mendukung Amerika Serikat. Siapa pun yang mendukung AS adalah musuh kami".

Pemboman Kamis petang itu merupakan serangan besar pertama di Pakistan sejak pemimpin Taliban Pakistan, Baitullah Mehsud, tewas dalam serangan rudal AS pada 5 Agustus, dan menimbulkan kekhawatiran bahwa kelompok militan itu, yang kata para pejabat dalam keadaan kacau, sedang melakukan pembalasan terhadap pasukan keamanan.

Taliban selama beberapa pekan membantah kematian Mehsud, namun pada Senin dua pembantunya, Hakimullah Mehsud dan Wali-ur-Rehman, mengkonfirmasi bahwa pemimpin mereka telah tewas.

Hakimullah, yang memimpin gerilyawan di daerah-daerah etnik Pashtun, Orakzai dan Kurram serta Khyber, telah diangkat sebagai pemimpin baru Taliban Pakistan.

Kamis, orang kedua Al-Qaeda, Ayman Zawahiri, mendesak rakyat Pakistan mendukung kelompok jihad di daerah-daerah suku negara itu, dengan mengatakan bahwa "itu merupakan perang melawan pasukan salib Amerika", kata organisasi intelijen yang berpusat di AS SITE Intelligence.

Pakistan pada akhir April meluncurkan ofensif terhadap Taliban di Lembah Swat di wilayah baratlaut dan mengklaim telah "melenyapkan" kelompok militan di sana.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.900 militan dan 170 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Ofensif militer diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009