Taipei (ANTARA News) - Kelompok-kelompok keagamaan dan para aktivis pro-China mengecam kunjungan Dalai Lama ke Taiwan, Ahad, dan mengatakan bahwa kunjungan itu `tidak tepat` karena pulau tersebut sedang berbenah dari amukan topan yang menelan banyak korban.

Pemimpin spiritual Tibet itu akan tiba di Taipei Ahad malam untuk kunjungan lima hari atas undangan kepala-kepala pemerintah daerah, dari oposisi Partai Progresif Demokrat (DPP) yang pro-kemerdekaan.

Namun kunjungan itu, dalam mana pemimpin Budha tersebut dijadwalkan akan mengunjungi daerah-daerah yang dilanda topan, mendapat kecaman, dan kelompok pro-China menyebutnya sebagai `pembuat kesulitan`.

Sementara itu, Perhimpunan Mazu Taiwan mengatakan, kunjungan Dalai Lama `tidak tepat waktu.`

"Kami berharap rakyat Taiwan akan meyakini agama-agama orang-orang Taiwan. Pergantian keagamaan adalah baik-baik saja pada saat normal, namun menjadi tidak pantas pada saat seperti ini," kata Cheng Ming-kun, ketua Perhimpunan Mazu Taiwan.

"Kami mengimbau para politisi untuk brhenti mengambil keuntungan ... dan mempermainkan para korban topan," katanya kepada wartawan seperti dikutip AFP.

Perhimpunan ini mewakili para penyembah dewa laut Mazu Taoist, yang dianut oleh jutaan orang di pulau itu.

Liu Chin-ho, kepala desa Mintzu di kota Namasia, yang dilanda Topan Morakot pada awal bulan ini, mengatakan bahwa rakyatnya tak punya waktu untuk menghadiri pertemuan dengan Dalai Lama, `karena kami sibuk berbenah setelah amukan topan.`

"Kami semua adalah Kristen dan kami tak memahami aliran Budha Tibet," katanya kepada AFP.

Sementara itu kelompok pro-China, Perhimpunan Patriotisme mengatakan dalam pernyataannya Sabtu, bahwa: "Dalai Lama adalah biksu politik dan dia adalah pembuat kesulitan. Kami akan melakukan serangkaian protes untuk menentang kunjungannya."

Kunjungan Dalai Lama mendapat kecaman keras di Beijing, menurut media negara China.

China menuduh Dalai Lama berusaha memisahkan Tibet dari China dan menentang siapapun pihak asing yang melakukan kontak dengannya.

Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, Perdana Menteri Liu Chao-shiuan dan Ketua Partai Koumintang yang berkuasa, Wu Poh-hsiung, menyatakan tidak mau bertemu dengan Dalai Lama, kata surat kabar United Daily News, mengutip beberapa sumber yang tak disebut namanya.

Ma telah berusaha memperbaiki hubungan-hubungan lintas-selat setelah delapan tahun terkendala saat Taiwan di bawah DPP.

Topan Morakot diklaim telah menewaskan sedikitnya 571 orang dan 106 lainnya hilang, menurut Badan Kebakaran Nasional.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009