Kota Gaza (ANTARA News) - Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) membantah tuduhan kelompok hak asasi manusia (HAM) bahwa faksi pejuang Palestina itu melanggar kebebasan pribadi dengan memberlakukan seragam agamis untuk para siswi.

Kantor berita Xinhua melaporkan, tuduhan tersebut dikeluarkan oleh Human Rights Watch (HRW), yang berpusat di New York, Amerika Serikat, dan menyatakan organisasi itu menerima laporan dari penduduk Jalur Gaza mengenai perintah tak resmi yang meminta siswi sekolah menengah untuk memakai pakaian yang Islami di sekolah.

Yousef Ibrahim, wakil menteri pendidikan di dalam pemerintah terguling pimpinan HAMAS di Jalur Gaza, kata kementeriannya "belum memberlakukan instruksi baru apa pun atas murid perempuan".

Ia mengakui bahwa dua kepala sekolah melarang murid yang tidak memakai pakaian Islami untuk mengikuti pelajaran, tapi mengatakan, "Kedua kepala sekolah tersebut telah bertindak tanpa menerima instruksi dari kementerian."

Ia menolak untuk mengatakan apakah kementerian itu telah menyelidiki masalah tersebut dan melakukan tindakan terhadap kedua kepala sekolah itu.

Nadya Khalife, peneliti hak asasi perempuan di HRW, mengatakan, "Tak seorang pun boleh dipaksa untuk mengenakan pakaian agamais, termasuk jilbab, untuk menerima pendidikan."

HAMAS telah menguasai Jalur Gaza sejak gerakan tersebut mendepak gerakan Fatah, pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, dengan kekerasan pada pertengahan 2007.(*)

Pewarta: mansy
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009