Sukabumi (ANTARA News) - Sejumlah korban gempa di Sukabumi, Jawa Barat, hanya bisa pasrah tidak dapat merayakan Idul Fitri 1430 Hijriah di rumahnya karena rumahnya ambruk diguncang gempa berkekuatan 7,3 skala Ritcher (SR) pada Rabu (2/9) lalu.

Seperti yang dialami oleh salah seorang korban gempa di Kampung Babakan Jampang, Kelurahan/Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Ny Olis (52), Minggu.

Olis yang memiliki sepuluh orang anak, Minggu, mengaku, rumahnya tidak bisa ditempati lantaran ambruk diguncang gempa 2 September lalu.

"Saya terpaksa merayakan Lebaran di rumah kontrakan yang cukup sempit. Mau gimana lagi, rumah saya tidak bisa ditempati lagi. Saya hanya bisa pasrah," katanya.

Bahkan, kata dia, dirinya tidak membuat ketupat seperti warga lainnya pada Lebaran kali ini karena tidak memiliki cukup uang.

"Untuk membayar kontrakan sebesar Rp300 ribu hingga kini masih menunggak," katanya yang hanya bekerja sebagai tukang cuci di rumah tetangganya.

Gajinya sebagai tukang cuci tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan enam orang anaknya yang masih kecil karena penghasilannya sebesar Rp15.000/hari, sementara suaminya meninggal satu tahun yang lalu.

"Saya mendapatkan ketupat dari anak yang sudah menikah," tuturnya sambil meneteskan air mata.

Ia mengaku hingga kini belum ada bantuan berupa perbaikan rumah dari Pemkot Sukabumi.

"Saya tidak tahu kapan ada bantuan perbaikan. Saya berharap Pemda memberikan bantuan perbaikan rumah secepatnya," tuturnya.

Hal senada juga dikatakan warga lainnya di Kampung Cisarua Girang Desa Warnasari Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Aji Subaji (42).

Aji mengatakan, dirinya terpaksa merayakan lebaran di rumah saudaranya yang tak jauh dari rumahnya yang telah ambruk akibat gempa beberapa waktu lalu.

Ia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, mengaku pasrah dengan kondisi seperti ini, namun ia berharap agar pemda segera memberikan bantuan perbaikan rumahnya yang ambruk tersebut.

"Kerugian yang dialami akibat gempa tersebut mencapai Rp50 juta," katanya.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009