Sukoharjo (ANTARA News) - Kedatangan Ismanto, ayah Bagus Budi Pranoto alias Urwah, ke rumah Jumadi, ayah angkat Urwah, di Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa malam, membuat warga setempat resah.

"Kami khawatir kedatangan ayah Urwah bertujuan meminta agar jenazah Urwah dimakamkan di kampung ini," kata penasehat Karang Taruna setempat, Budi Utomo di Sukoharjo.

Budi mengatakan Karang Taruna setempat akan membuat surat penolakan jika jenazah tersangka teroris tersebut dimakamkan di kampung tersebut.

"Surat penolakan yang ditandatangani oleh tiga perwakilan karang taruna tersebut ditempel di beberapa tempat, termasuk di pintu gerbang pemakaman umum setempat," kata dia.

Menurut dia, surat tersebut merupakan antisipasi pada hal yang dikhawatirkan tersebut.

Dia mengatakan, puluhan warga yang terdiri dari bapak-bapak dan para pemuda setempat berkumpul untuk membicarakan masalah tersebut usai Ismanto meninggalkan rumah Jumadi.

Sementara itu, kuasa hukum keluarga Urwah, Muhammad Kurniawan yang berasal dari Islamic Study and Action Center (ISAC), mengatakan, tidak ada rencana pemakaman Urwah di Grogol, Sukoharjo.

Selain itu, lanjutnya, penolakan terhadap pemakaman jenazah Urwah tidak terjadi di kalangan warga di daerah tempat tinggal Urwah di Kabupaten Kudus.

Sebelumnya, Ayah kandung Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Ismanto, Selasa malam, datang ke Grogol, Kabupaten Sukoharjo, untuk menemui ayah angkat Urwah, Jumadi.

Ismanto datang ke Sukoharjo dengan didampingi juru bicaranya, Taufiq Ahmad.

Pada pertemuan antara Ismanto dan Jumadi tersebut berlangsung hanya selama beberapa menit saja.

Juru bicara keluarga Urwah, Taufiq Ahmad mengatakan, kedatangan Ismanto ke Sukoharjo bertujuan untuk melakukan koordinasi dengan tim pengacara Urwah.

Setelah bertemu beberapa menit dengan Jumadi, lanjutnya, orang tua Urwah segera kembali lagi ke Kudus.

"Kami akan berangkat ke Jakarta pada hari Jumat (25/9) untuk memastikan pemulangan jenazah Urwah," kata Taufiq. (*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009