Tegucigalpa (ANTARA News) - Pemerintah de fakto Honduras, Selasa, menyampaikan kesediaannya untuk berbicara dengan presiden terguling Manuel Zelaya jika ia mengakui keabsahan pemilihan presiden yang dijadwalkan diselenggarakan November di negeri itu.

"Saya akan berbicara dengan siapa saja, di mana saja, kapan saja, termasuk dengan mantan presiden Manuel Zelaya," kata penguasa Honduras Roberto Micheletti dalam satu pernyataan yang dibacakan oleh seorang pembantu seniornya.

Micheletti, Selasa, juga mengatakan ia tak mempunyai maksud berkonfrontasi dengan Brazil atau memasuki kedutaan besarnya, tempat mantan Zelaya, yang terguling, mengungsi guna menghindari penangkapan.

"Kami sama sekali tak akan berkonfrontasi dengan negara lain. Kami ingin mereka memahami bahwa mereka sebaiknya memberi dia suaka politik (di Brazil) atau menyerahkannya kepada penguasa Honduras untuk diadili," kata Micheletti kepada Reuters.

Zelaya, yang digulingkan dalam kudeta Juni, mengakhiri hampir tiga bulan di pengasingan dengan menyusup ke Honduras pada Senin.

Ribuan pendukungnya, yang berkumpul di sekitar kedubes Brazil setelah kepulangannya, dibubarkan ketika polisi dan tentara menembakkan gas air mata ke arah kerumunan. Sebanyak 20 orang menderita cedera dalam insiden itu.

Pasukan keamanan sekarang mengepung kedubes itu.

Pasukan keamanan Honduras juga bentrok dengan ribuan pendukung Zelaya di luar kedutaan besar Brazil. Beberapa ratus personil polisi dan militer, sebagian menembakkan gas air mata, membersihkan pengunjuk rasa yang melempar batu dari kedutaan besar tersebut.

Sebanyak 20 orang cedera sebelum pasukan keamanan menguasai daerah itu dan bertahan di sana guna menghadapi kemungkinan aksi unjuk rasa lama.

Sebanyak 143 orang ditahan dan 18 orang lagi cedera ketika polisi membubarkan pendukung Zelaya dari luar kedutaan besar Brazil di Tegucigalpa. (*)

Pewarta: luki
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009