New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mencatat kenaikan moderat pada Senin waktu setempat, terangkat saham Wall Street yang berbalik naik atau "rebound" dan di tengah keprihatinan geopolitik atas produsen utama Iran yang melakukan uji coba penembakkan rudal jelang perundingan tentang program atom.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November, naik 82 sen dari penutupan Jumat menjadi 66,84 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 43 sen menjadi 65,54 dolar AS per barel.

Kenaikan harga yang moderat adalah "teknikal rebound" setelah minggu lalu jatuh, kata Jason Schenker dari Luxury Economics karena meraungnya kembali saham Wall Street pada Senin setelah minggu lalu menunjukkan kinerja buruk, didukung meningkatnya berita aktivitas korporasi.

Minyak berjangka turun hampir delapan persen selama dua hari pekan lalu, setelah Departemen Energi AS melaporkan secara tak terduga kenaikan besar persediaan minyak dan bensin di AS.

Tapi harga mengayun lebih tinggi pada Jumat ketika para pemimpin dunia menuntut pengawas nuklir dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) diberi akses ke instalasi nuklir Iran yang sebelumnya dirahasikan dan mengancam untuk memaksakan sanksi baru yang keras terhadap Teheran.

Pada Senin, Iran, eksportir minyak ketiga terbesar dunia setelah Rusia dan Arab Saudi, melakukan uji coba penembakkan rudal jarak jauh yang dikatakan bisa mencapai target di Israel.

Amerika Serikat mengatakan tes rudal itu "provokatif" dan mendesak Republik Islam itu menyetujui "dibukanya akses" ke fasilitas pengayaan uranium yang baru terungkap.

Washington dan sekutu regional Israel tidak mengesampingkan pilihan militer untuk menghentikan program nuklir Teheran, yang dikatakan Barat ditujukan untuk membuat senjata nuklir, sementara Iran mengatakan itu adalah semata-mata untuk tujuan damai.

"Ada pertimbangan dari pecahnya permusuhan menyerukan ke dalam fokus Selat Hormuz, yang berdekatan dengan Iran, yang mengalirkan 25 persen dari pasokan minyak dunia," kata John Kilduff dari MF Global.

"Eskalasi ketegangan dengan Iran menggarisbawahi bagaimana unsur lain, geopolitik, dari banyak yang menyebabkan harga ke puncak pada 2008, dapat muncul kembali tiba-tiba," ia memperingatkan.

Iran dan dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB -- Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris dan Perancis -- plus Jerman bertemu di Jenewa pada Kamis untuk membahas program atom Teheran yang dipersengketakan.

Pasar minyak juga mantap oleh kekhawatiran terhadap permintaan energi yang lemah di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia.

Kekhawatiran terhadap permintaan energi AS yang lemah muncul kembali setelah data yang dikeluarkan Jumat menunjukkan pesanan barang tahan lama AS turun 2,4 persen pada Agustus terhadap ekspektasi pasar kenaikan sebesar 0,4 persen.

Barang tahan lama adalah mereka yang cenderung bertahan tiga tahun terakhir atau lebih, seperti mobil dan peralatan, dan mewakili segmen kunci dari sektor manufaktur.

Permintaan energi jatuh setelah ekonomi global akhir tahun lalu tergelincir ke resesi terburuk sejak 1930-an.

Hal ini mengirimkan harga minyak berjatuhan dari sejarah tertinggi lebih dari 147 dolar AS pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar AS pada bulan Desember.

Harga minyak telah pulih sedikit tetapi investor tetap prihatin atas kecepatan dari kemajuan pemulihan.(*)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009