Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni menyatakan bahwa pemondokan jemaah haji Indonesia idealnya berada dekat Masjidil Haram, namun hal itu sulit direalisasikan.

Penyelenggara haji cukup kesulitan mencari tempat di dekat Masjidil Haram yagn mampu menampung jemaah haji Indonesia yang jumlahnya sangat besar, sementara persaingan dengan jemaah haji dari negara lain sangat ketat termasuk dalam hal harga sewa pondokan, kata Menag di Jakarta hari ini.

Belum lagi ketika tiba-tiba ada ketentuan baru yang diterapkan di Arab Saudi yang membuat semua yang sudah direncanakan dan dicanangkan harus menyesuaikan, kata Menag dalam acara qur`ah (undian) pemondokan haji di Mekkah yang berlangsung di Hotel Sheraton Jakarta.

Ia mengatakan, karena kondisi di atas merupakan kenyataan yang berlangsung di lapangan, maka harus dicarikan jalan keluar dan strategi-strategi jitu yang dapat mengurangi tekanan pasar dalam penyewaan rumah dan mengatasi permasalahan-permasalahan lainnya sehingga penyewaan rumah dapat dilakukan lebih baik dan dengan perolehan yang lebih baik pula, baik jarak maupun lokasi, dengan mempertimbangkan kemudahan pelayanan, koordinasi serta pengendalian.

Qur'ah, lanjut Maftuh, dipilih sebagai mekanisme penempatan jamaah di pemondokan Makkah, karena masih dinilai sebagai cara terbaik dalam rangka memberikan rasa keadilan kepada jamaah, meskipun di dalamnya ada unsur untung-untungan.

Qur'ah yang akan dilaksanakan pada Rabu (30/9) itu adalah qur'ah maktab yang akan dilakukan secara terbuka oleh para Kepala Kanwil Departemen Agama propinsi seluruh Indonesia mewakili jamaah dari wilayah masing-masing.

Sedangkan penempatan jamaah di pemondokan Madinah dan di hotel Jeddah bagi jamaah yang akan pulang melalui Bandara King Abdul Aziz disesuaikan dengan jadwal kedatangan dan rangkaian kegiatan berikutnya, tanpa melalui mekanisme qur?ah.

Pemondokan jamaah haji merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi dan bahkan menjadi salah satu tolok ukur kualitas pelayanan haji.

Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan dari waktu ke waktu untuk mendapatkan pemondokan yang baik, dari mulai penyewaan lebih dini, penaikan plafon sewa, hingga penandatanganan kerjasama dengan pihak pengembang di Arab Saudi untuk penyediaan gedung dengan kapasitas besar yang dapat disewa untuk jamaah haji Indonesia dalam jangka panjang.

Disadari betul bahwa menyiapkan pemondokan haji, khususnya di Makkah, untuk 191 ribu orang bukanlah perkara mudah. Hal itu disebabkan setiap negara pengirim jamaah haji berlomba-lomba untuk menyewa pemondokan serupa untuk periode waktu yang sama dengan harga yang bersaing pula.

Dinamis

Kondisi ini memunculkan persaingan yang ketat antar negara dan hal tersebut ditangkap oleh pemilik rumah sebagai peluang untuk menjadikan harga sewa pemondokan di pasar bergerak dinamis dan bahkan terkadang tidak terkendali, yang disebabkan antara lain (1) demand yang tinggi dengan stock rumah di sekitar Masjidil Haram yang semakin berkurang karena pembongkaran untuk proyek perluasan Masjidil Haram; (2) setiap negara berusaha menempatkan jamaahnya sebanyak mungkin di pemondokan yang berada di sekitar Masjidil Haram; (3) tak adanya standardisasi harga yang ditentukan oleh pihak berwenang setempat atau berlaku harga pasar bebas, ia menjelaskan.

Bertitik tolak dari pemikiran itu, kata Menag, maka penyewaan rumah tahun ini dilakukan lebih dini dengan menurunkan Tim 9 yang terdiri dari unsur Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dan Konsulat Jenderal Haji di Jeddah. Hal ini dimaksudkan antara lain agar Tim memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memilih lokasi pemondokan dengan harga yang logis dan terjangkau.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim dibekali Pedoman Penyewaan Rumah dan arahan lainnya yang dijadikan sebagai acuan prosedur dan mekanisme penyewaan rumah dan dijadikan sebagai panduan dalam penentuan kriteria pemondokan, lokasi dan jarak ke Masjidil Haram.

"Saya yakin Tim telah bekerja keras dan berusaha maksimal untuk melaksanakan pedoman tersebut guna memenuhi harapan kita, yaitu menyewa pemondokan yang lebih baik dari tahun lalu," jelas Maftuh.

"Sesuai dengan laporan yang kami terima, Tim telah menyelesaikan penyewaan rumah pertengahan April 2009 dengan jumlah gedung yang disewa lebih sedikit dan penempatan jamaah di pemondokan ring I lebih banyak dibanding tahun lalu, dan lokasinya terkonsentrasi di wilayah-wilayah yang sudah familiar dengan jamaah haji. Jumlah gedung yang disewa sebanyak 407 rumah terdiri dari, (1) sebanyak 115 rumah di ring I, jarak sampai dengan 2000 M ke Masjidil Haram dengan kapasitas 52.499 (26,36%) mencakup wilayah Hafair, Jarwal, Sulaimaniah, Jumaizah, Misfalah dan Syari? Mansour I.

Selanjutnya, (2) sebanyak 292 rumah di ring II, jarak 2001 M s/d 7000 M ke Masjidil Haram dengan kapasitas 143.603 (72,90%) yang tersebar di wilayah Mahbas Jin, Aziziyah Syimaliah, Aziziyah Janubiah, Syisa/Raudhah, Bakhutmah, Ma?abdah, Ra?I Zakhir, Syari? Mansour II, Syari? Ummul Qura II, Syari? Sittin, Zahir dan Nuzhah.

Dijelaskan pula, untuk pemondokan di ring I tidak disediakan transportasi. Sedangkan untuk pemondokan di ring II, sesuai dengan ketentuan Pemerintah Arab Saudi akan disediakan fasilitas angkutan untuk mendekatkan jamaah ke Masjidil Haram. Namun harus difahami bahwa pada hari-hari menjelang puncak musim haji jalan akan semakin padat mengingat seluruh jamaah haji yang berjumlah sekitar 3 juta orang berkumpul di Makkah, melakukan kegiatan yang sama, di tempat yang sama secara bersamaan dan pada waktu-waktu yang sama pula.

Disinggung pula mengenai pemondokan di Madinah diharapkan adanya peningkatan yang signifikan dari tahun lalu, dengan target penempatan jamaah di Markaziyah 75 persen dan 25 persen di non Markaziyah dengan catatan bahwa jamaah yang mendapatkan pemondokan di luar Markaziyah mendapatkan pengembalian uang sebesar 100 Riyal.

"Sedangkan pemondokan di Jeddah bagi jamaah haji yang akan kembali ke tanah air melalui Bandara King Abdul Aziz disediakan sejumlah hotel untuk transit," katanya.

Menurut Maftuh, penyelenggaraan ibadah haji meskipun merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun akan tetapi sifatnya sangat dinamis dan berkembang, yang kadang-kadang mengundang kekhawatiran yang mendalam. Perkembangan baru yang menonjol tahun ini adalah penerapan ketentuan penggunaan paspor internasional untuk jamaah haji, katanya.

Kalau pada tahun-tahun sebelumnya jamaah tinggal menerima paspor jadi di Asrama Haji satu hari menjelang keberangkatan, akan tetapi mulai tahun ini mereka harus datang sendiri ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor. Meskipun demikian, berkat kerjasama dan koordinasi yang baik yang diberikan oleh Departemen Hukum dan HAM, terutama kantor imigrasinya, pengurusan paspor jamaah haji dapat berjalan lancar dan hasilnya cukup menggembirakan, ia mengatakan.

Sampai 29 September 2009 pagi, ia menjelaskan, paspor yang sudah diterima Departemen Agama Pusat sebanyak 162.613 dan yang telah selesai di visa sebanyak 101.588. Dengan demikian, saya optimis target penyelesaian paspor jamaah haji reguler termasuk pemvisaannya sebelum pemberangkatan kloter pertama tanggal 23 Oktober 2009 dapat dicapai.

Dalam kesempatan itu, Menag mengucapkan terima kasih kepada Departemen Hukum dan HAM dan Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi atas kerjasamanya yang baik selama ini.
(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009