Padang (ANTARA News) - Mayat korban gempa yang belum berhasil dievakuasi dari dalam reruntuhan bangunan hotel dan perkantoran swasta di Padang, Sumbar, mulai mengeluarkan bau menyengat.

Tim evakuasi, relawan dalam negeri dan luar negeri, para wartawan, serta sejumlah warga yang menyaksikan kegiatan evakuasi mengenakan penutup hidung dan masker untuk menghindari bau.

Ny. Kartina (65), warga Parak Gadang, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang mengatakan, bau busuk mulai menusuk hidung, apalagi pada malam hari ketika melewati lokasi kantor dan bangunan yang runtuh yang diduga masih terdapat korban di dalamnya.

"Bau busuk amat menggangu hidung, apalagi pada malam hari karena bau merambat cepat bersama angin hingga secara otomatis tangan menutupi hidung. Suasana kota yang padat penduduk itu sepertinya mencekam pilu," katanya.

Ia menyakini bau busuk tentu akan makin menyengat lima hari atau enam hari pasca gempa jika petugas evakuasi tidak segera mengeluarkan mayat dari reruntuhan itu.

Ny. Kartina yang menyempatkan bersama anak dan cucunya itu mengitari sejumlah jalan yang terdapat pada kantor dan bangunan yang runtuh itu sangat menyayangkan banyaknya korban yang belum berhasil dievakuasi.

Pemerintah Kota Padang bersama tim evakuasi dan lainnya, katanya, sebaiknya memikirkan cara lain agar korban yang masih terjepit dan tertimbun reruntuhan bangunan bisa segera dievakuasi.

Ia memperkirakan pula, jika bau busuk makin menyebar dan menyengat dikhawatirkan penyakit lain bisa muncul bersumber dari bau bangkai itu.

Eko seorang anggota TNI AD, yang sedang bertugas mencari mayat di reruntuhan Hotel Dipo di Jalan Diponegoro mengakui bau menyengat itu berasal dari beberapa mayat korban gempa yang masih tertimbun.

"Ada beberapa korban yang hingga kini sulit dievakuasi, bau busuk terus menusuk hidung dan kami terpaksa memakai masker," katanya yang mengaku bau mulai muncul pada hari ketiga evakuasi pasca gempa meluluh lantakkan Kota Padang dan sekitarnya," katanya.

Bau yang diakibatkan bakteri pembusuk itu, katanya, mudah berkembang karena selain panas udara lembab diakibatkan hujan melanda kota itu pada malam sore hingga malam.

Kendati sudah dibantu tim relawan asing, seperti datang dari Saudi Arabia, Singapura, Jepang hingga menggunakan anjing pelacak dan teknologi, namun evakuasi korban masih sulit dilakukan, tambahnya.

Pantauan ANTARA ratusan korban yang belum sempat dievakuasi masih berada di reruntuhan bangunan milik swasta seperti hotel Ambacang dengan jumlah korban terbanyak.

Kemudian di Hotel Dipo, rocky plaza hotel, pusat bimbingan belajar Gamma, Gedung Sentral Pasar Raya, kantor Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumbar, Adiran Finance, dan lainnya serta sejumlah show room kendaraan.
(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009