Wina (ANTARA News) - Harga minyak mentah rata-rata mingguan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bertahan 65,75 dolar per barel, namun 1,05 dolar lebih rendah ketimbang pekan sebelumnya, demikian menurut kartel yang berbasis di Wina, Senin.

Xinhua melaporkan, pada empat hari pertama perdagangan pekan lalu, harga minyak OPEC secara berangsur naik dari 64,07 dolar menjadi 67,70 dolar per barel pada Kamis pekan lalu.

Selama periode ini, pernyataan Presiden AS Barack Obama menentang keras isu nuklir Iran yang telah memainkan peranan dalam kenaikan harga minyak, di mana menyebabkan harga minyak OPEC menguat 2,15 dolar per barel di banding Rabu sampai Kamis pekan lalu.

Namun, baik Amerika Serikat maupun Iran mengatakan bahwa suatu pembicaraan enam pihak telah membuat beberapa kemajuan dan Iran juga memberikan akses terhadap para pengawas internasional ke fasilitas nuklir ke dua di negara itu untuk melakukan inspeksi, kekhawatiran pasar disebabkan oleh isu nuklir Iran.

Selain itu, angka-angka ekonomi terakhir AS pekan lalu di mana tidak optimistis, dapat meruntuhkan kenaikan harga minyak.

Menurut laporan terakhir dari Departemen Ketenagakerjaan dan Departemen Perdagangan Amerika Serikat, tingkat pengangguran negara itu pada September mencapai tingkat tinggi baru sejak 1983, mencapai 9,8 persen.

Sementara pesanan-pesanan pabrik dari AS pada Agustus menurun 0,8 persen, dan pesanan barang-barang tahan lama menurun 2,4 persen, 0,2 persen lebih tinggi dari pada yang diperkirakan.

Beberapa analis menilai bahwa angka-angka tersebut akan secara jelas memicu kekhawatiran atas pemulihan ekonomi AS, konsumen minyak terbesar dunia.

Kekhawatiran pemulihan ekonomi AS, pelemahan permintaan minyak mentah yang terus berlanjut di mana memungkinkan menambah inventaris energi negara itu, kelebihan pasokan di pasar minyak mentah dan berlanjutnya pelemahan dolar AS akan menekan kecenderungan menguatnya harga minyak mentah dunia. (*)

Pewarta: ardik
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009