Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan memberikan kontribusi terhadap kenaikan modal lembaga keuangan internasional, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), sesuai dengan porsi saham yang dimilikinya.

"Indonesia seperti negara-negara lainnya, sudah ada komitmen tetapi belum digunakan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung Djuanda I Depkeu di Jakarta, Rabu.

Menkeu menyebutkan, untuk meningkatkan modal kedua lembaga internasional itu meminta penambahan penyertaan modal dari masing-masing negara anggotanya, terbentuk dalam bentuk mata uang lokal.

Upaya peningkatan modal, menurut Menkeu, sudah dilakukan di Bank Pembangunan Asia (ADB), dan langkah serupa akan dilakukan untuk Bank Dunia.

"Kenaikan modal ADB waktu itu sebesar 3 miliar dolar AS dan itu dibagi rata ke masing-masing anggotanya," katanya.

Menkeu menjelaskan, untuk Bank Dunia, keputusan awalnya adalah memindahkan hak suara sebesar 3 + 1,7 persen suara dari negara-negara besar ke negara-negara yang selama ini kurang terwakili di Bank Dunia.

"Kesulitan Bank Dunia saat ini adalah modalnya yang makin tipis karena kapasitas untuk meminjamkan sudah maksimum," katanya.

Pada Juni 2010, jumlah modal atau equity Bank Dunia, tidak akan lagi mampu mendukung pinjaman ke negara-negara berkembang, jika tidak ada injeksi modal.

"Sekarang sedang dipropose kenaikan kapital sekitar antara 4 miliar sampai 9 miliar dolar AS," kata Menkeu.

Ia menyebutkan, saat ini anggota Bank Dunia sebanyak 182 negara. Dengan kenaikan 4 miliar dolar AS maka negara besar seperti AS yang memiliki saham sekitar 16 persen, akan menyumbang sekitar 150 juta dolar AS.

"Kalau negara-negara yang sahamnya 0,9 sampai 1,0 persen seperti kita, ya sekitar beberapa miliar rupiah," katanya.

Menkeu menyebutkan, pertemuan IMF di Istambul Turki sebenarnya melanjutkan pembahasan pertemuan G-20 yaitu perlunya reformasi lembaga-lembaga keuangan internasional.

"Tujuannya untuk memperbanyak sumber alternatif sehingga kalau terjadi krisis likuiditas global, mereka bisa memberikan support terhadap negara lain terutama emerging countries," katanya.

Pertemuan di Istambul belum menyelesaikan pembahasan reformasi lembaga keuangan internasional, dan akan dilanjutkan dalam pertemuan Menkeu dan gubernur bank sentral G-20 di Scotlandia pada November 2009.

"Mungkin keputusan akhirnya nanti di spring meeting IMF tahun 2010," kata Menkeu.
(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009