Solo (ANTARA News) - Koreografer asal Austria, Andrea K. Schlehwein, mengekspresikan hasrat kuat manusia melalui pentas tarian kontemporer bertajuk "Fragmen-Fragamen Malaikat" di Gedung Teater Arena, Taman Budaya Surakarta, Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (9/10) malam.

"Tarian tersebut terdiri atas sembilan fragmen yang masing-masing bisa dilihat sebagai karya mandiri," kata Andrea, di Solo, Jumat.

Tarian itu dimainkan oleh seorang penari asal Italia, dua penari asal Taiwan, dan seorang pemain teater asal Amerika Serikat (AS).

Ia menjelskan, tarian itu sebagai analogi atas hasrat kuat manusia dalam meraih keinginannya melalui berbagai gerakan yang menyerupai "hamster" atau salah satu jenis hewan pengerat.

Sembilan fragmen itu, katanya, paduan atas berbagai gerak lembut dan dinamis.

"Itu menggambarkan sikap ekstrem manusia dalam meraih keinginannya dan tidak bisa ditebak secara pasti tindakan dari manusia itu sendiri," katanya.

Salah satu fragmen itu menunjukkan berbagai gerak penghancuran atas sesuatu.

"Gerakan tersebut simbol dari agresi manusia dalam menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi manusia dalam meraih keinginannya," katanya.

Suguhan tarian kontemporer tersebut berkolaborasi dengan pentas teater yang dimainkan seniman asal AS, Eleonore Schaefer.

"Bersama tiga penari, Fang Yun Lo dan Wan Ling Liao (Keduanya berasal dari Taiwan,red.) serta Simona Piroddi (Italia,red.), Eleonore dapat bermain cantik dalam paduan tarian dan seni teater" katanya.

Ia mengaku, tidak ada pesan moral khusus yang hendak disampaikan kepada publik melalui karya tarinya itu.

"Kami memberikan kebebasan kepada semua orang yang menyaksikan tarian tersebut," katanya.

Ia mengatakan, karya itu juga dipentaskan di Austria dan Jerman sedangkan Indonesia menjadi negara ketiga untuk pementasan tersebut.

"Sebelum di Solo ini, kami sudah melakukan pentas di Yogyakarta dalam `Jogja Art Festival`," katanya.

Pentas selanjutnya, katanya, di Magelang (Jateng), Kota Makasar (Sulawesi Selatan), dan Kabupaten Gianyar (Bali).(*)

Pewarta: luki
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009