Ambon (ANTARA News) - Musisi berkelas internasional Bubi Chen tampil bersama musisi jazz lintas generasi pada hari terakhir konser Ambon Jazz Plus Festival (AJPF) 2009, minggu (11/10) malam.

Bubi Chen tampil memainkan Keyboard bersama musisi Beny Likumahuwa (terompet), Edy Subagyo (double bass) serta Dody Yusran (drum), mampu memukau para penonton yang memenuhi sebagai tempat duduk Teater tertutup Taman Budaya Karang Panjang, Ambon.

Presiden Komite Perdamaian Dunia Djuyoto Suntani, Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, Wakil Gubernur Maluku Said Assegaff serta sejumlah pejabat teras Pemprov Maluku dan kota Ambon, larut menikmati alunan musik yang dimainkan mastro musik jazz di Indonesia itu.

Konser Bubi Chen di state "Pala" teater tertutup taman Budaya, diawali lagu nostalgia "Kota Ambon Ibu Negri Tanah Maluku" sebagai pembuka konser yang terdengar dalam rangkaian not yang syahdu berirama swing.

Kendati harus dipapah untuk naik ke panggung, tetapi sang maestro jazz Indonesia berusia 71 tahun itu, tetap tersenyum kepada para penonton yang mengaguminya dengan memainkkan piano elektrik Roland DX-700.

Dalam pertunjukkan singkat sekitar 30 menit itu berlangsung lancar dan sang maestro piano tuntas menghabiskan lima komposisi selain "Kota Ambon Ibu Negri Tanah Maluku" disusul "Buddy I`m Sorry", "AMQ Blues", "Maliano Cafe/Kopi Dangdut", serta lagu berjudul "The Way You All Love Tonight" yang dipandu sahabatnya Benny Likumahwa.

Setiap lagu yang dimainkan mendapat aplaus dari penonton yang hadir teristimewa lagu "AMQ blues" yang sebelumnya tidak ada dan baru tercipta di panggung tersebut, Bubi Chen dan Benny.

Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 9 Februari 1938 itu bersama ketiga musisi mampu memukau penonton dengan kepiawaian masing-masing memainkan alat musiknya. Selama konser singkat itu Bubi Chen selalu melakukan dialog secara aktif dengan Benny untuk melakukan kolaborasi pianis dan terompet, diselingi petikan suara bass yang dimainkan Donny dan tabuhan drum Eddy.

"Baru pertama kali Saya tampil bersama mereka bertiga (Beny Likumahuwa, Edy Subagyo dan Dody Yusran), penampilan mereka luar biasa," kata Bubi Chen.

Dia mengatakan, awalnya tidak ada rencana tampil bersama ketiga musisi tersebut, tetapi karena personil pendukungnya tidak dapat hadir karena tidak mendapatkan tiket Jakarta-Ambon, terpaksa ketiganya diminta bermain bersama dengan Bubi Chen.

"Saya mohon maaf, karena personil saya tidak bisa datang ke Ambon. Dua jam mereka menunggu di Bandara Soekarno Hatta, tetapi tidak memperoleh tiket untuk terbang ke Ambon, sehingga saya minta Beny dan teman teman tanpil bersama," ujarnya.

Dia berharap melalui ajang Ambon Jazz 2009 dapat lahir musisi dan penyanyi jazz andalan dari Maluku dengan prestasi nasional maupun internasional.

"Maluku dikenal sebagai gudang musisi dan penyanyi, biasanya dari sepuluh orang musisi ada 6-7 orang berdarah Maluku dan saya kenal mereka dengan baik," ujarnya.

Bubi Chen yang dijuluki "The Best Pianist of Asia" oleh seorang kritikus jazz ternama dari AS, Willis Conover pada tahun 1960 berharap Ambon Jazz Plus Festival dapat dijadikan agenda tahunan sehingga Maluku semakin dikenal sebagai gudangnya penyanyi dan musisi.

Beny Likumahuwa juga mengatakan tidak menyangka akan tampil bersama Bubi Chen di AJPF karena masing-masing mempunyai jadwal manggung sendiri-sendiri.

"Sudah lama Saya tidak manggung bersama Bubi Chen dan baru malam ini kita bisa tampil bersama," kata Beny

Malam ketiga yang merupakan malam terakhir dari seluruh rangkaian AJPF, ditandai pula dengan pencanangan Ambon sebagai kota perdamian dunia oleh Presiden Komite Perdamian Dunia, Djuyoto Suntani.

Sejumlah musisi dan penyanyi yang tampil di AJPF 2009 diantaranya grup band Soul ID, Pasto, T-Five, Saikhoji, grup band nasid "Debu", maestro jazz Indonesia Bubi Chen, Benny Likumahwa, Achsan Syuman, serta musisi internasional yakni Wilkins Ramirez (Puerto Rico/USA), Michael Sembello (Philadelphia/USA) dan band asal Belanda berdarah Ambon, Massada.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009