New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak New York melompat pada Rabu waktu setempat di atas 75 dolar per barel, mencapai tingkat tertinggi tahun ini didukung jatuhnya dolar AS.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November melambung menjadi ditutup pada 75,18 dolar per barel, tingkat yang terakhir terlihat di sekitar Oktober tahun lalu ketika harga berada di sekitar 78 dolar.

Kontrak sempat naik hingga 75,40 dolar sebelum mundur kembali.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November maju 70 sen menjadi ditutup pada 73,10 dolar per barel.

"Menguatnya pasar minyak dapat dijelaskan hampir seluruhnya oleh lemahnya dollar dan kenaikan di Wall Street," kata Ellis Eckland, analis independen.

Indeks blue-chip Dow Jones pada Rabu naik di atas 10.000 poin untuk pertama kalinya sejak Oktober 2008 karena saham AS menguat lebih tinggi.

Karena saham AS naik, dolar merosot ke terendah 14-bulan terhadap Euro, juga mendorong harga emas ke rekor tertinggi.

Greenback yang sedang kesulitan cenderung untuk meningkatkan harga minyak, terutama karena komoditas denominasi dolar menjadi lebih murah bagi pembeli asing yang memegang mata uang kuat.

Ekspektasi bahwa dolar akan terus merana terhadap euro dan mata uang utama lainnya akan terus meningkatkan pasar minyak mentah, kata para analis.

"Kami memperkirakan kejatuhan lebih lanjut mata uang AS selama dua minggu," kata Dariusz Kowalczyk, kepala strategi investasi SJS Markets, perusahaan jasa di Hong Kong.

Dengan melihat sedikit penangguhan hukuman bagi dolar, investor telah berusaha untuk melindungi diri terhadap jatuhnya greenback dengan membeli aset keras seperti minyak dan komoditas lainnya.

Analis Phil Flynn dari PFG Best mengatakan prospek pertumbuhan China juga mendorong kenaikan harga minyak.

Ekspor China jatuh pada laju paling lambat dalam sembilan bulan pada September, data bea cukai di Beijing menunjukkan Rabu, menunjukkan permintaan terhadap barang-barang China membaik dan membantu pemerintah mempertahankan pemulihan.

Data yang lebih baik dari perkiraan -- yang mengirim saham naik di Shanghai -- adalah positif bagiekonomi terbesar ketiga dunia dan dapat membantu memberikan pemerintah dorongan untuk tahun depan mulai mengurangi tindakan stimulus besar, kata analis.

"Jenis kegiatan ini tampaknya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi China adalah memanas bahkan lebih," kata Flynn.

Permintaan minyak telah mengalami penurunan di tengah kemerosotan ekonomi dunia, yang paling parah sejak tahun 1930-an.

Harga minyak jatuh dari tertinggi dalam sejarah lebih dari 147 dolar pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember karena resesi global, tetapi perlahan naik lagi sejak memenangkan kembali harapan pemulihan. (*)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009