Pariaman (ANTARA News) - Banyak bayi dan anak berusia di bawah lima tahun (balita) terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena berhari-hari terpaksa tidur di tenda darurat karena rumah orang tuanya rusak berat akibat gempa 7,9 skala Richter.

"Bayi saya kena ISPA kata dokter di posko kesehatan, karena terlalu lama bermalam di tenda darurat," kata Arwen (33) seorang ibu di Korong Sungai Kasian, Nagari Tandikek, Kecamatan V Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar), Jumat.

Berdasarkan pendataan pemerintah Korong setempat sebanyak 104 unit rumah rusak berat dan sebagian besar roboh rata dengan tanah. Sekitar 243 KK mengungsi tidur di musholla dan tenda-tenda darurat.

Menurut Arwen, bayinya Habibullah (6 bulan) juga terpaksa tidur di tenda karena rumahnya rusak berat, sejak gempa yang terjadi Rabu (30/9).

"Setelah beberapa malam tidur di tenda, bayi saya badannya panas dan batuk-batuk, lalu saya bawa ke posko relawan kesehatan dan disebutkan oleh dokter terkena ISPA," katanya.

Tim posko kesehatan telah memberikan obat dan minuman susu untuk Habibullah namun pada malam hari masih terpaksa tidur di tenda darurat karena rumah yang roboh belum bisa diperbaiki, kata Arwen yang suaminya sehari-hari bekerja menyadap karet di daerah itu.

Menurut koordinator Tim Relawan Kesehatan Sambinoe Aceh yang bertugas di Nagari Tandikek dan Korong Sungai Kasian, rata-rata bayi dan anak-anak yang tidur malam hari dalam tenda darurat terserang ISPA.

"Selain ISPA, penyakit yang menyerang bayi dan anak-anak itu adalah gatal-gatal dan infeksi kulit," katanya.

Tim relawan Sambinoe Aceh menempatkan lima dokter dan lima orang tenaga tim medis di posko yang dilengkapi tenda khusus kesehatan, ruang perawatan dan satu unit ambulans.

"Para dokter dan tim medis akan diganti setiap 10 hari, untuk membantu kesehatan masyarakat yang menjadi korban gempa," katanya.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009