Magelang (ANTARA News) - Clara Sumarwati, perempuan pertama asal Indonesia yang menaklukkan Pegunungan tertinggi di dunia, Everest, meninggalkan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. dr. Soeroyo, Kota Magelang, Jawa Tengah, setelah menjalani perawatan selama sekitar empat bulan terakhir karena gejala paranoid.

Perempuan berusia 44 tahun itu dijemput dengan mobil oleh tiga kakaknya, Yanto, Yanti, dan Heru Setiantini, Jumat (16/10) sore, dari RSJ setempat untuk pulang ke rumahnya, di Minggiran MJ/II, Yogyakarta.

Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Prof. dr. Soeroyo, Kota Magelang, dr. Bella Patriajaya dan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, Syaiful Hadi, tampak melepas Clara untuk kembali ke rumahnya.

Bella mengatakan, kondisi kesehatan Clara relatif jauh lebih baik ketimbang saat datang ke rumah sakit itu, 30 Juni 2009.

Clara adalah pendaki perempuan pertama berasal dari Indonesia dan bahkan Asia Tenggara yang berhasil menginjakkan kaki di puncak Everest di ketinggian 8.848 meter dari permukaan air laut, pada 26 September 1996.

Sebenarnya, katanya, dia sudah boleh pulang sejak sebulan lalu tetapi masih harus menunggu jemputan pihak keluarga.

Ia mengatakan, Clara masih harus mengonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan kesehatannya.

"Kalau menghadapi masalah, sekecil apapun, harus segera mencari solusi, dia juga harus menjalani kegiatan yang menyenangkan termasuk kegiatan spiritual, sedangkan konsumsi obat semakin hari akan dikurangi hingga dihentikan," katanya.

Ia mengharapkan, semua pihak bisa menerima kehadiran Clara di rumah dan lingkungannya untuk mendukung pemulihan kesehatannya.

Clara mengaku, senang bisa meninggalkan rumah sakit itu dan kembali kepada keluarganya."Tentu saya senang bisa kembali ke rumah," katanya.

Ia mengaku, akan memilih pekerjaan sebagai guru sekolah dasar.Ia menyatakan, akan menulis buku tentang perjalanan hidupnya selama ini.

Selama berada di RSJ setempat, katanya, dirinya ikut berbagai kegiatan untuk memulihkan kesehatannya terutama menari dan menjahit.

"Ternyata cukup sulit juga belajar menari, sulit menghafal gerakan-gerakan tari, menjahit sulit juga, pernah tangan saya tertusuk jarum waktu belajar menjahit, tetapi itu semua menyenangkan," katanya.

Pihak RSJ setempat sejak beberapa waktu terakhir mengembangkan terapi kejiwaan melalui kesenian.

Yanto berharap, kesehatan Clara segera pulih sehingga dia bisa menjalani aktivitas secara normal.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009