Pontianak (ANTARA News) - Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak, Kalimantan Barat, mengaku kawalahan menangani pasien demam berdarah dengue yang pada Oktober ini mencapai 1.034 orang.

Kepala Sub Bagian Humas RSSA, S Viedno Ahie, di Pontianak Selasa mengatakan, dari 1.034 pasien yang dirawat di rumah sakit itu, 12 diantaranya tidak tertolong dan meninggal dunia.

"Kami sangat kewalahan dari tenaga personel yang ada. Kami tidak bisa mengharap apa-apa dari pemerintah," katanya.

Ia mengatakan, banyaknya pasien yang datang ke RSSA sudah dalam kondisi Dengue Shock Syndrome (DSS). Pasien yang meninggal dunia usianya antara 5 hingga 15 tahun.

Begitu banyaknya pasien DBD memaksa RSSA menambah fasilitas perawatan berupa tempat tidur darurat (veldbed).

"Penambahannya tidak tentu, dalam satu hari itu tambahan teresebut juga banyak. Veldbed yang ada ini bantuan dari Korem sebanyak 100 buah, dan yang sudah terpakai itu setengahnya," terangnya.

Pihak rumah sakit dalam kondisi seperti sekarang ini pun tidak dapat melakukan penolakan terhadap pasien yang datang.

Viedno menyatakan, angka kasus DBD yang dirawat inap RSSA pada September sudah mencapai 800 orang, sedangkan pada Oktober ini mencapai angka tertinggi dalam tahun 2009.

"Ini angka tertinggi DBD selama RSSA menangani, begitu pula dengan angka pasien meninggal," jelasnya.

Melihat kondisi pasien di RSSA yang sangat memprihatinkan, Wakil Wali Kota Pontianak Paryadi melakukan peninjauan.

Menurutnya, Pemerintah Kota Pontianak akan terus melakukan upaya maksimal untuk penanganan DBD tersebut.

"Sekarang saja kita sudah melakukan pengasapan setiap harinya. Kami tidak tahu lagi apa upaya yang bisa dilakukan selain upaya-upaya yang satu per satu tahapan penanganan DBD sudah di lakukan," terang Paryadi.

Itu merupakan bentuk peringatan kepada masyarakat yang selalu menganggap kecilnya suatu permasalahan.

"Ini menjadi contoh ke depan, dan kami terus terang, dalam penanganan terutama tahun ini dari sisi anggaran tidak maksimal. Maka pada tahun depan akan memaksimalkan anggaran untuk penanganan DBD," jelas Paryadi.
(*)

Pewarta: mansy
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009