Yogyakarta (ANTARA News) - Kota Yogyakarta lebih tepat dibangun dengan pendekatan filosofi Jawa hamemayu hayuning bawono (memelihara keselamatan dunia dengan memelihara kelestarian bumi), kata Staf Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bayudono.

"Filosofi itu pas untuk mengatasi berbagai permasalahan perkotaan seperti kepadatan penduduk, adanya permukiman kumuh, menipisnya sumber daya alam, dan ketidakstabilan ekonomi," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Hamemayu hayuning bawono berpijak pada tiga pokok pikiran, yaitu perwujudan bumi atau sumber daya alam yang lestari mendukung kehidupan manusia hanya dapat dicapai oleh manusia itu sendiri, ditentukan oleh kearifan manusia.

Kemudian, pengabdian para satria atau pengelola lingkungan akan menjadi dasar sejahteranya negara.

Upaya pelestarian bumi harus didasarkan pada semangat pengabdian dan itulah harga yang harus dibayar dalam pencapaian kesejahteraan bangsa dan negara.

Terakhir, kesejahteraan manusia ditentukan oleh sifat kemanusiaannya.

"Kalau manusia ingin agar sumber daya alam dan lingkungan dapat secara lestari menopang kehidupannya, maka sumber daya tersebut harus diberlakukan secara manusiawi," Bayudono.

Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral DIY Rani Sjamsinarsi mengatakan, perumahan dan pemukiman mempunyai peran penting, baik dari segi sosial ekonomi, keseimbangan lingkungan maupun identitas budaya.

"Isu perencanaan sistem perkotaan di DIY adalah belum optimalnya koordinasi dan integrasi antarpemangku kepentingan, yang terdiri dari pemerintah, swasta, dan masyarakat," katanya.

Menurut dia sudah saatnya peran institusi pemerintahan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota mengedepankan penerapan konsep pembangunan yang berkelanjutan. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009