HANOI, 30 Oktober (ANTARA/Medianet International-AsiaNet) --

     Manusia yang paling rentan dewasa ini adalah wanita usia subur, yang hidup di masyarakat pedesaan miskin yang terancam oleh perubahan iklim, demikian kesimpulan konferensi internasional.

     Ratusan pakar dan pejabat kesehatan, pembangunan dan hak asasi manusia pekan ini bertemu di Hanoi dengan mengimbau strategi kesehatan global baru. Mereka mengatakan krisis kemanusiaan yang paling sulit dipecahkan di dunia - termasuk kematian 500.000 wanita dalam melahirkan setiap tahun - tidak dapat diselesaikan dengan melihat pada setiap tantangan kesehatan yang terpisah.

     Untuk meningkatkan kesejahteraan miliaran orang yang paling rentan, setiap aspek yang merugikan harus dihadapi, mulai dari sanitasi, gizi dan pendapatan yang memadai sampai munculnya ancaman pandemik global dan cuaca ekstrim yang didorong perubahan iklim, kekurangan air dan penyakit.

     "Setiap tantangan ini penting, namun jika kita menghadapi masing-masing secara terpisah kita tidak dapat mencapai penghapusan kematian ibu, atau cukup kemajuan dalam bidang utama lain yakni sakit dan kematian dini," kata Ketua Bersama konferensi, Daniel Tarantola, Guru Besar bidang Kesehatan dan Hak Asasi Manusia di University of NSW.

     Konferensi ini mendengar sumber daya yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dikerahkan terhadap HIV/AIDS di seluruh dunia telah memantapkan, namun tidak mencukupi, terobosan ke dalam pengendalian epidemi, dengan 2,7 juta kasus baru setiap tahun. Pada saat yang sama, negara berpenghasilan rendah dan negara-negara menengah sekarang menghadapi risiko yang cukup besar dari pandemik, seperti H1N1 dan flu burung, karena vaksin dan obat-obatan sebagian besar disimpan oleh negara kaya. Perubahan iklim, gerakan massa dan degradasi lingkungan akibat industrialisasi yang cepat memperburuk masalah kesehatan yang ada.

     "Jika kita membingkai kembali agenda kesehatan global dan menekankan hak atas baik kesehatan maupun pembangunan, kita memiliki kesempatan terbaik untuk berhasil menghadapi berbagai tantangan kesehatan," kata Ketua Bersama konferensi, Dr Cao Duc Thai, mantan Direktur Lembaga Hak Asasi Manusia Vietnam.

     Profesor Tarantola mengatakan ketahanan dan kreativitas komunitas lokal - bukan kebijakan kesehatan dan dana yang lebih global - adalah kunci untuk model kesehatan dan pembangunan baru.

     Konferensi Internasional tentang Menyadari Hak-hak atas Pembangunan Kesehatan diselenggarakan bersama oleh University of NSW dan Komisi Pusat Popularisasi dan Pendidikan Komite Pusat Partai Komunis Vietnam. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Filantropi Atlantik, USAID/PEPFAR, AusAID, Yayasan Levi Strauss Foundation dan Federasi Organisasi AIDS Australia memberikan dukungan tambahan. www.healthandrights.com

     Kontak Media:
     Helen Signy (Sydney)
     Telepon: +61-425-202-654
     helensigny@writemedia.com.au

     SUMBER: Inisiatif Kesehatan dan Hak Asasi Manusia UNSW

Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2009