Jakarta (ANTARA News) - Bank Central Asia belum merevisi target pertumbuhan kredit yang hingga akhir tahun ditetapkan 15 persen, walaupun hingga kuartal keempat tahun ini pertumbuhan yang dicapai hanya 6,8 persen.
"Kami berharap pada kuartal keempat kredit akan tumbuh kembali, target 15 persen hingga akhir tahun belum berubah," kata Direktur Utama BCA Djohan Emir Setijoso, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Bank BCA pada kuartal ketiga 2009 mencatat penyaluran kredit Rp112,7 triliun atau hanya tumbuh sebesar 6,8 persen dibanding periode sama 2008.

Djohan Emir Setijono juga menyebut bahwa kenaikan kredit ini didorong oleh sektor kredit konsumen yang naik 28,6 persen menjadi Rp25,4 triliun, sektor kredit komersial dan UKM tumbuh 7,4 persen menjadi Rp19,8 triliun.

Namun untuk kredit korporasi justru turun 3,7 persen menjadi Rp44,4 triliun.

Menurut Setijoso, pada tahun ini pertumbuhan kredit agak melambat karena kondisi krisis global dan pengaruh perusahaan yang banyak menerbitkan surat utang.

"Pada tahun ini banyak perusahaan yang masuk pasar modal untuk menerbitkan obligasi dalam memperkuat modalnya dan kondisi krisis yang mempengaruhi lambannya kredit, bahkan korporasi turun," katanya.

Namun Setijoso yakin kuartal keempat krisis ekonomi yang sudah mereda dan kapasitas produksi perusahaan yang sudah maksimal akan membuat permintaan kredit di perbankan akan kembali tumbuh.

"Saya lihat banyak kapasitas produksi yang sudah maksimal, penerbitan obligasi sudah mulai jenuh, sehingga permintaan kredit akan kembali tumbuh," harapnya.

Sementara Wakil Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja, dalam kesempatan yang sama mengatakan dengan lambatnya pertumbuhan kredit, maka Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 21,5 persen menjadi Rp234,3 triliun.

"Kami masih mendapat kepercayaan masyarakat dalam menyimpan dananya, sehingga DPK terus bertambah, sedangkan kredit masih lamban. Untuk mengimbangi itu, perseroan menaruh sebagian dana ke surat utang," katanya.

Jahja menyebut surat utang Bank BCA yang saat ini dimiliki sekitar Rp41 triliun dan sebagian besar adalah surat utang negara (SUN) senilai Rp25 triliun.

Selain SUN, lanjutnya, Bank BCA juga menaruh dalam bentuk SPN, obligasi korporasi dan surat utang lainnya.

"Ini kami peroleh dari penawaran perdana maupun dari pasar sekunder," katanya.

DPK Bank BCA per September 2009 yang mencapai Rp234,4 triliun dengan komposisi paling besar adalah tabungan sebesar 51,4 persen, giro sebesar 22,1 persen dan deposito 26,5 persen.

Naik 27,3 Persen

Setijoso mengatakan dalam kondisi perekonomian yang masih dihadapkan beberapa tantangan, Bank BCA masih mampu membukukan laba bersih kuartal ketiga 2009 Rp5,1 triliun atau naik 27,3 persen dibanding periode sama 2008.

Kenaikan laba ini didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih sebesar 31,5 persen menjadi Rp11,2 triliun karena didukung oleh komposisi neraca yang menguntungkan.

"Fee base income" naik 20 persen menjadi Rp3,1 triliun terutama didorong oleh jasa layanan rekening, kartu kredit dan jasa transaksi valuta asing.

Dengan naiknya pendapatan tersebut, maka laba sebelum pajak kuartal ketiga mencapai Rp6,5 triliun atau tumbuh 14,9 persen dari periode sama 2008.
(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009