Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News/AFP) - Israel hari Senin membebaskan enam anggota parlemen Palestina dari gerakan Hamas yang ditahan pada 2006 setelah penangkapan seorang prajurit Israel oleh pejuang Gaza, kata bebeapa pejabat.

Seorang anggota parlemen lagi dibebaskan pada Minggu malam, sehingga jumlah anggota parlemen Hamas yang dibebaskan menjadi 31 dalam beberapa bulan ini, termasuk ketua parlemen Aziz al-Dweik, yang dibebaskan pada Juni.

Seorang jurubicara Otoritas Penjara Israel mengatakan, keenam anggota parlemen itu dibebaskan Senin karena masa penahanan administratif mereka telah berakhir. Tidak satu pun dari anggota-anggota parlemen itu dikenai tuduhan.

Tidak jelas mengapa Israel memutuskan membebaskan orang-orang Hamas itu pada tahapan ini padahal penahanan administratif bisa diperpanjang untuk waktu yang tidak terbatas.

Anggota-anggota parlemen itu adalah bagian dari lebih dari 60 wakil terpilih Hamas, yang mencakup menteri, anggota parlemen dan walikota, yang ditangkap oleh Israel dalam operasi penumpasan terhadap kelompok pejuang Islamis tersebut setelah penangkapan prajurit Israel Gilad Shalit pada Juni 2006 oleh gerilyawan Gaza.

Limabelas pejabat terpilih Hamas hingga kini masih ditahan, menurut orang-orang Palestina.

Salah seorang anggota parlemen Hamas yang dibebaskan Senin mengatakan, penahanan-penahanan itu merupakan upaya Israel untuk mencegah parlemen bekerja dan tidak memiliki kaitan dengan penangkapan Shalit.

"Ini mengkonfirmasi apa yang kami katakan, yaitu bahwa operasi penangkapan pada dasarnya dimaksudkan untuk menyerang Dewan Legislatif (Palestina) dan bukan demi keamanan seperti yang dikatakan Israel," kata anggota parlemen Hamas yang dibebaskan, Mahmud al-Ramahi, kepada AFP.

Hamas menang besar dalam pemilihan umum parlemen Palestina pada Januari 2006, pesta demokrasi pertama yang digelar, dengan memperoleh 74 kursi di parlemen beranggotakan 132 orang, dan mengalahkan kelompok dominan Fatah yang hanya mendapat 45 kursi.

Ketegangan antara kedua kubu Palestina yang bersaing itu kemudian berpuncak pada bentrokan-bentrokan mematikan di Jalur Gaza dua tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Mesir selama beberapa bulan ini berusaha membujuk Fatah dan Hamas menandatangani sebuah perjanjian persatuan nasional, namun kedua kubu Palestina yang bersaing itu berulang kali menunda penandatanganan tersebut.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember tahun lalu.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza.

Militer Israel menyatakan, lebih dari 200 roket dan bom ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel sejak berakhirnya ofensif 22 hari negara Yahudi itu terhadap Hamas yang menguasai Gaza, pada Desember dan Januari.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009